Jakarta –
Wacana kenaikan tarif TransJakarta menuai polemik. Warga pun mulai melirik alternatif transportasi lainnya apabila wacana kenaikan tarif tersebut direalisasikan.
Seperti diketahui, Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) mengusulkan tarif TransJakarta naik di jam-jam sibuk, yakni Rp 4.000 pada pukul 07.01 WIB hingga 10.00 WIB, dan Rp 5.000 pada pukul 16.01 WIB hingga 21.00 WIB. Namun para penumpang bus TransJakarta mengaku tak setuju dengan usulan tersebut, salah satunya Auren.
Penumpang berusia 25 tahun itu mengaku keberatan dengan usulan tersebut. Sebab, dia menilai armada bus TransJakarta yang saat ini tersedia belum memadai.
“Untuk naik jadi Rp 5 ribu sih lumayan berat ya karena naiknya lumayan jauh. Kalau mau dibilang pun, TransJakarta jurusan aku yang biasa ke kantor itu 3F ke Kalideres sering lama nunggunya. Kalau pun ada, sering udah penuh,” kata Auren saat ditemui detikcom di Halte Bundaran HI, Jakarta Pusat, Sabtu (15/4/2023).
Auren lantas berharap tarif TransJ tidak dinaikkan. Dia mengaku lebih memilih menaiki KRL jika memang tarif TransJ benar-benar naik. Sebab tarif KRL otomatis akan lebih murah dibandingkan dengan TransJakarta.
“Harapan nya sih juga tentunya jangan naik harga nya. Kalau naik pun ya lebih tepat waktu ya, armada nya diperbanyak,” ungkap Auren.
“Sedangkan harganya kalau naik, KRL justru jadi lebih murah dan tepat waktu. Nggak kena macet lagi. Jadi lebih enak KRL dong, mungkin kalau naik harganya jadi milih naik KRL aja,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Jay (29). Sebagai orang yang mengandalkan TransJakarta untuk beraktivitas, Jay merasa kenaikan tarif ini akan memberatkan sebagian penumpang.
“Kalau untuk pekerja mungkin nggak masalah ya. Tapi maaf, kalau untuk masyarakat, maaf, menengah bawah, itu kayak nya lumayan berat deh,” ujar Jay.
Jay mengatakan kenaikan tarif TransJakarta memungkinkan masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum lainnya. Sebab, biaya parkir dan ketepatan waktu jadi pertimbangan masyarakat.
“Kenaikan itu kayak nya malah memperparah macet deh, karena orang berpikir mending bawa kendaraan sendiri ketimbang angkutan umum karena makin naik. Selain itu, mungkin orang bakal milih naik KRL juga jadi opsi karena tepat waktu,” ucapnya.
Jay justru merasa tarif TransJakarta semestinya diturunkan untuk menggaet penumpang. Dia berharap agar armada TransJakarta juga diperbanyak untuk mengurangi sesak dalam bus di jam sibuk.
“Better sih diturunin, biar orang istilahnya ‘oh lebih murah nih, dibanding gue bayar parkir kan mending naik angkutan umum’ harusnya seperti itu,” ungkap Jay.
“Kalau harapannya, mobilnya diperbanyak deh untuk meminimalisir penuhnya bus kalau di jam sibuk,” imbuhnya.
Penumpang lainnya, Atmo (24) juga tak setuju dengan usulan kenaikan tarif itu. Menurut dia, akan lebih baik menggunakan ojek online ketimbang TransJakarta.
“Nggak setuju. Kalau dilihat, Gojek sering juga promo jadi Rp 8.500 minimal tarifnya. Kan nggak beda jauh, lebih cepet sampe malah,” ucap Atmo.
Selain ojek online, Atmo mengaku akan beralih ke KRL jika harga TransJ tetap dinaikkan. Dia berharap usulan itu tak jadi diberlakukan.
“Kalau mass transport, mungkin saya bakal pake KRL sih kalau tetep naik harganya. Harapannya sih nggak jadi naik harganya,” kata Atmo.
DTKJ sebelumnya mengusulkan kenaikan tarif bus Transjakarta. Usulan itu nantinya akan diputuskan Pemprov DKI Jakarta.
Usulan bus Transjakarta naik diungkap Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo. Dia mengatakan sedang menghimpun pendapat warga melalui survei soal kenaikan tarif Transjakarta.
“Terkait survei kenaikan tarif, bahwa ini sebenarnya lebih kepada cek ombak karena kami menerima surat usulan dari DTKJ terkait usulan penyesuaian tarif untuk mengimbangi adanya kenaikan tarif di layanan KRL. Tentu kami melakukan cek ombak saja dan kami harapkan ini sebagai bahan kami evaluasi,” kata Syafrin dalam rapat kerja Komisi B DPRD DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (3/4/2023).
Syafrin tak menjelaskan berapa tarif bus TransJakarta yang diusulkan DTKJ. Dia menyebut tarif bus TransJakarta tak pernah naik sejak 2007, yakni Rp 3.500.
Meski begitu, Syafrin menegaskan hal tersebut masih berupa usulan. Sejauh ini pihaknya masih mengkaji usulan tersebut.
“Akan kami kaji lebih dalam,” ujarnya.
(taa/taa)