Diberitakan Reuters, investasi fixed-asset tercatat turun 1,7 persen dalam periode Januari-Oktober 2025, lebih dalam dibandingkan kontraksi 0,5 persen pada sembilan bulan pertama tahun ini. Ini menjadi kontraksi pertama sejak 2020.
Pada basis bulanan, investasi jatuh 11,4 persen, titik terlemah sejak awal pandemi menurut estimasi Goldman Sachs.
Dalam komponennya, investasi properti anjlok 14,7 persen hingga Oktober, melebar dari penurunan 13,9 persen pada Januari-September.
Sementara itu, investasi manufaktur hanya naik 2,7 persen dan investasi utilitas meningkat 12,5 persen. Namun investasi asing “turun tajam”, menurut catatan Conference Board.
Konsumsi menunjukkan pelemahan berlanjut. Penjualan ritel tumbuh 2,9 persen pada Oktober, mengalahkan proyeksi 2,8 persen, tetapi tetap menjadi level terendah tahun ini dan penurunan kelima berturut-turut.
Output industri juga melambat ke 4,9 persen dari 6,5 persen pada September.
Teduhnya permintaan juga tampak pada sektor perumahan. Harga rumah baru turun 0,5 persen secara bulanan, penurunan terdalam sejak Oktober 2024, dan melemah 2,2 persen secara tahunan.
China mencatat pertumbuhan 4,8 persen pada kuartal ketiga, turun dari 5,2 persen pada kuartal kedua.
Kepala Ekonom Asia HSBC, Fred Neumann, mengatakan perekonomian China menghadapi tekanan dari semua sisi.
Ia menilai permintaan domestik tidak cukup kuat menutup pelemahan ekspor tanpa stimulus fiskal yang lebih besar.

