Operasi tersebut, yang diberi nama Operation Dirtbag, total menjaring lebih dari 230 orang. Para tersangka yang kini menunggu deportasi itu berasal dari Kuba, Venezuela, hingga Ukraina.
“Beberapa kasus mencakup sexual assault, penganiayaan, bahkan attempted murder,” ujar Menteri Keamanan Dalam Negeri, Kristi Noem, dikutip dari RT, Sabtu 15 November 2025.
Ia menyebut anak-anak Amerika akan lebih aman dan memuji kerja sama dengan Gubernur Florida Ron DeSantis sebagai model yang ingin diterapkan di seluruh negara bagian.
DeSantis mengatakan di X bahwa operasi ini berlangsung selama 10 hari. “Di era Biden, mereka dibiarkan berkeliaran tanpa ancaman deportasi serius. Sekarang situasinya berubah,” tulisnya.
Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari, Presiden Donald Trump meluncurkan tindakan keras terhadap imigrasi ilegal dan berjanji melakukan deportasi terbesar dalam sejarah AS. Trump dan Partai Republik menuding pemerintahan Biden menerapkan kebijakan “open borders” yang memungkinkan pelaku kriminal masuk dan menghindari penegakan hukum.
Beberapa penggerebekan imigrasi di era Trump dipublikasikan secara luas di media sosial, memicu protes dan ketegangan di luar pusat detensi. Partai Demokrat menuduh Trump melakukan pelanggaran HAM dan menargetkan imigran tanpa riwayat kekerasan.

