Ekonom sekaligus Mantan Direktur Program Magister Manajemen FEB UI, Harryadin Mahardika, menegaskan bahwa tujuan utama MBG adalah memicu dampak tidak langsung (multiplier effect) yang mengubah perekonomian di tingkat daerah.
“MBG itu bukan sekadar memberi nutrisi. Hal yang lebih esensial lagi adalah perputaran ekonomi langsung ke sektor riil, ke desa-desa. Selain itu, dengan alokasi anggaran sekitar Rp300 triliun setahun, prediksi saya dampak ekonomi tidak langsung dari MBG bisa mencapai tiga kali lipatnya, yaitu Rp900 triliun,” ujar Harryadin, dalam keterangannya yan dikutip redaksi di Jakarta Sabtu 15 November 2025.
Sementara untuk dampak langsung dari program ini adalah penciptaan lapangan kerja. Dari 22.000 dapur yang saat ini beroperasi, ada minimal 30 pegawai yang bekerja di dapur. Dengan begitu serapan tenaga kerjanya mencapai lebih dari 600.000.
Untuk diketahui 73,7 persen tenaga kerja SPPG di Kota Surakarta didominasi warga lokal, terutama ibu rumah tangga di sekitar lokasi. Selain itu, upah pegawai SPPG diupah sedikit lebih tinggi dari UMR setempat, menjamin daya beli masyarakat lokal meningkat.
Selain penciptaan lapangan kerja, MBG menjadi berkah bagi petani dan peternak lokal. Konsep ideal program ini mengharuskan SPPG membeli bahan baku langsung dari produsen lokal. Dengan mempersempit rantai distribusi, petani dan peternak yang biasanya menjual murah ke pengepul atau tengkulak, kini bisa langsung menjual produknya ke SPPG dengan harga pasar yang lebih baik.
“Satu SPPG yang membelanjakan Rp10.000 untuk 3.000 porsi per hari menciptakan perputaran ekonomi lokal hingga Rp30 juta per hari,” tambah Harryadin.
Kemudian MBG juga memicu tumbuhnya jasa bengkel mobil dan service elektronik lokal, karena ada kebutuhan perawatan rutin peralatan dapur SPPG seperti barang elektronik dan mobil angkutan.
MBG juga berdampak terhadap industri konstruksi. Dengan target pembangunan 30.000 SPPG, program ini akan menyerap tenaga kerja dan material konstruksi dalam jumlah besar. Terakhir, pemanfaatan limbah dapur SPPG seperti sisa makanan, menjadi pakan ternak atau pupuk kompos. Tentunya kedua komponen tersebut menciptakan nilai tambah baru bagi petani dan peternak lokal.
Dari dampak langsung dan tidak langsung MBG, secara makro ekonomi, Harryadin memperkirakan MBG mampu menyumbang sebesar 0,15-0,20 persen bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
“Jika kuartal III kemarin kita tumbuh 5,04 persen, dengan adanya tambahan efek ekonomi dari MBG, harapannya negara bisa tumbuh di angka 5,1 persen-5,2 persen di akhir tahun ini. Program ini revolusioner. Ini kesempatan kita untuk mengawasi dan mengerjakannya bersama-sama. Jangan skeptis, karena pada kenyataannya tidak ada yang dirugikan di sini, semua diuntungkan,” tutupnya.

