Trump kemudian meminta Departemen Kehakiman menyelidiki Bill Clinton serta sejumlah tokoh keuangan yang diduga dekat dengan Epstein.
Sebelumnya, email-email yang dirilis Demokrat memunculkan tuduhan bahwa Trump mengetahui aktivitas seksual Epstein dengan para korban dan pernah berada di rumah maupun pesawat Epstein. Trump membantah habis-habisan dan menyebut dokumen itu tipuan politik.
Trump menegaskan bahwa Demokrat justru pihak yang harus diperiksa. “Epstein adalah masalah Demokrat, bukan Republik,” ujarnya dalam pernyataan terbaru, dikutip dari Reuters, Sabtu 15 November 2025.
Ia pun menambahkan nama Larry Summers, Reid Hoffman, hingga JPMorgan Chase ke daftar yang harus diselidiki.
Menindaklanjuti desakan itu, Jaksa Agung Pam Bondi memerintahkan Jaksa Agung Jay Clayton membuka penyelidikan awal. Langkah ini langsung memicu ketegangan politik karena skandal Epstein sudah lama menjadi beban bagi kedua partai dan kini kembali menjadi senjata politik.
Trump menyebut waktu kemunculan email-email yang mengaitkannya dengan Epstein, ‘sangat kebetulan’ karena terjadi tak lama setelah pemerintahannya menyelesaikan penutupan pemerintah terpanjang dalam sejarah AS. Menurutnya, Demokrat berusaha menutupi kegagalan mereka dalam negosiasi anggaran dan mengalihkan fokus publik.
Di internal Partai Republik, sebagian anggota mendukung pembukaan penuh berkas Epstein, namun Trump mengecam mereka sebagai ‘lemah’ dan ‘terjebak permainan Demokrat’. DPR sendiri akan menggelar voting yang dapat memaksa pelepasan seluruh dokumen Epstein, meski hasilnya di Senat masih belum pasti.
Clinton sejak lama dikaitkan dengan Epstein, termasuk penerbangan menggunakan jet pribadinya. Trump menegaskan semua pihak harus diperiksa, sementara mengenai kedekatannya sendiri dengan Epstein ia hanya menjelaskan pernah memutus hubungan setelah Epstein “mengambil pekerja muda” dari klub Mar-a-Lago.

