Apa Itu Gaya Parenting Mercusuar? Ini 5 Cara dan Contoh Menerapkannya. (Foto: Freepik)
MENGHADAPI anak lebih dari satu dengan usia yang berbeda-beda bukanlah hal yang mudah. Bisa jadi Moms dihadapkan si adik tantrum, di saat bersamaan si kakak minta perhatian lebih.
Mendampingi anak bukan tentang memiliki semua jawaban, tetapi tentang berada di tengah keluarga dengan tenang dan baik hati, bahkan saat keadaan terasa kacau.
Menghadapi itu semua, ada jalan tengahnya yakni gaya pengasuhan mercusuar. Yaitu tentang tampil sebagai cahaya yang tenang dan membimbing tegas tetapi tidak pernah kasar, hadir tetapi tidak arogan.
Seperti Apakah Parenting Mercusuar?
Jauh di lubuk hati, setiap anak hanya mencari seseorang yang melihat mereka, mendengar mereka, dan tinggal bersama mereka. Maka sebagai orangtua, tidak perlu mengendalikan ombak, jadilah pantai yang selalu dapat mereka temukan.
Berangkat dari pemikiran tersebut, gaya parenting Mercusuar adalah pendekatan yang seimbang dalam membesarkan anak, di mana orangtua bertindak sebagai pemimpin yang stabil, memberikan dukungan, struktur, dan rasa aman, sambil membiarkan anak-anak mereka cukup mandiri untuk tumbuh dan belajar.
Konsep ini diperkenalkan oleh Dr. Kenneth Ginsburg, seorang dokter anak dan spesialis kedokteran remaja. Konsep ini menggambarkan orangtua sebagai “mercusuar”, suar yang terlihat, dapat dipercaya tapi tidak mengganggu, dan mampu membantu anak-anak menghadapi tantangan hidup.
Secara tidak sadar orangtua terkadang mengontrol atau mengatur secara mendetail. Namun pada konsep parenting mercusuar menetapkan harapan yang jelas, menjadi contoh perilaku yang baik, dan tetap tersedia secara emosional, tanpa harus menyelesaikan setiap masalah bagi anak mereka.
Contohnya, ketika seorang remaja gagal dalam ujian matematika, orangtua yang baik tidak menghukum dengan keras atau mengabaikannya. Sebaliknya, mereka menawarkan empati, “Itu pasti membuat kamu frustrasi”. Membantu anak dan membimbing mereka untuk membuat rencana belajar, serta membiarkan anak tersebut bertanggung jawab sambil mengetahui bahwa dukungan selalu ada di dekatnya.
5 Cara Penerapan Parenting Mercusuar
Setiap anak membutuhkan kebebasan untuk tumbuh dan seseorang yang dapat diandalkan untuk bersandar dan di situlah titik tekan gaya parenting mercusuar. Gaya ini menciptakan keseimbangan yang bijaksana antara keterlibatan dan pemberian ruang. Gaya pengasuhan mercusuar adalah tentang membimbing dengan tujuan, bukan kontrol.
Berikut adalah lima fitur utama yang mendefinisikan pendekatan parenting mercusuar yang berakar pada kehangatan, kejelasan, dan keamanan emosional.
1. Menetapkan Ekspektasi yang jelas Tanpa Bersikap Kaku
Parenting mercusuar percaya pada batasan yang tegas namun adil . Mereka tidak mendikte setiap gerakan, tetapi mereka memberikan struktur dan konsistensi. Anak-anak tumbuh ketika mereka tahu apa yang diharapkan dari mereka dan apa konsekuensinya, tanpa takut akan hukuman atau rasa malu.
Dalam Jurnal Ilmu Pengetahuan Manusia dan Ekstensi menyatakan, bahwa program Boundaries meningkatkan hubungan orangtua-remaja dan memperbaiki penetapan batasan, serta keterampilan sosial dalam keluarga. Pola asuh seperti ini menghindari sikap terlalu ketat atau terlalu permisif. Aturannya masuk akal, sesuai usia, dan dikomunikasikan dengan baik. Parenting mercusuar terbuka untuk mendengarkan, tetapi mereka tetap memegang kendali saat dibutuhkan.
Contoh: Seorang anak berusia 10 tahun diharapkan menyelesaikan pekerjaan rumahnya sebelum bermain HP. Aturan ini tidak dapat dinegosiasikan, tetapi dijelaskan dengan hati-hati, bukan ancaman.
2. Menawarkan Ketersediaan dan Koneksi Emosional
Salah satu alat paling ampuh dalam perangkat orangtua yang cerdas adalah kehadiran emosional. Orangtua ini hadir tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental dan emosional. Mereka memberi ruang bagi perasaan anak-anak mereka tanpa mengabaikannya atau mencoba memperbaiki semuanya.
Baik itu kesedihan, kemarahan, atau kecemasan, orangtua yang memiliki sikap terbuka akan memvalidasi emosi tersebut sebelum membimbing anak melewatinya. Hubungan ini membangun kepercayaan dan rasa aman.
Namun, bukan berarti menghadapi anak tidak membuat Moms stress menghadapi situasi. Namun, berusahalah tenang dan memperbaiki diri.
Contoh: Ketika anak pulang sepulang sekolah, dengarlah dengan sabar masalah mereka. Tumbuhkan empati, “Kedengarannya sulit. Mau membicarakannya atau duduk bersama sebentar?”