Apa Itu Love Scamming? Waspadai Penipuan Asmara di Era Digital (Foto: Freepik)

    JAKARTA – Apa itu love scamming? Waspadai penipuan asmara di era digital. Mencari pasangan lewat aplikasi kencan atau media sosial sudah menjadi hal yang biasa. Namun, di balik kata-kata manis dan perhatian yang terasa tulus, bisa saja ada jebakan berbahaya yang dikenal sebagai love scamming, atau penipuan asmara yang menyasar emosi dan keuangan korban.

    Love scamming adalah bentuk penipuan online yang memanfaatkan hubungan romantis palsu untuk mendapatkan keuntungan finansial. Pelaku biasanya membangun kepercayaan dengan korban lalu mulai meminta bantuan uang dengan berbagai alasan, mulai dari masalah darurat medis, investasi, hingga urusan pribadi.

    Menurut Homeland Security Investigations atau HSI dari Amerika Serikat, pelaku love scamming kerap menargetkan orang yang sedang dalam kondisi emosional lemah, seperti kesepian, baru bercerai, atau kehilangan pasangan.

    Begini Cara Pelaku Menipu

    Pelaku sering menggunakan foto palsu, bahkan ada yang memakai gambar buatan kecerdasan buatan agar terlihat meyakinkan. Mereka mengaku bekerja di luar negeri dan dalam waktu singkat menunjukkan ketertarikan mendalam pada korban. Tanpa bertemu langsung, mereka langsung menyatakan cinta dan berjanji akan segera bertemu.

    Setelah itu, mereka mulai meminta bantuan uang dengan alasan darurat atau menawarkan investasi menggiurkan. Beberapa tanda yang patut diwaspadai antara lain:

    • Sering menghindar dari panggilan video atau selalu punya alasan saat diajak bertemu.
    • Meminta untuk pindah komunikasi ke aplikasi lain seperti WhatsApp atau Telegram.
    • Mengaku mengalami krisis dan meminta bantuan uang.
    • Bersikap defensif atau menghindar saat ditanya lebih dalam tentang identitasnya.
    • Kerugiannya Bukan Sekadar Uang

    Laporan dari Federal Trade Commission atau FTC mencatat bahwa pada tahun 2022, lebih dari 70 ribu orang di Amerika Serikat menjadi korban penipuan asmara dengan total kerugian hampir 240 juta dolar Amerika. Korban terbanyak berasal dari kalangan lansia, tetapi semua usia bisa menjadi sasaran.

    Yang mengejutkan, sebagian pelaku love scamming ternyata juga korban. Mereka direkrut dengan janji pekerjaan bergaji tinggi di luar negeri, lalu dipaksa tinggal dan bekerja di tempat tertutup yang dikelola kelompok kejahatan terorganisasi. Mereka tidak bisa keluar dan harus mengikuti perintah untuk menipu demi melunasi “utang” mereka.

     



    Source link

    Share.