Jakarta

Anggota DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengapresiasi diluncurkannya buku Siti Hardijanti Hastuti (Tutut Soeharto) berjudul ‘Selangkah di Belakang Mbak Tutut’. Buku yang diterbitkan sekaligus dalam dua jilid ini, merekam perjalanan gagasan, peran, dan jejaring Tutut Soeharto.

Buku itu menceritakan Tutut sebagai pejuang wanita yang gigih dan inspiratif dari fase politik hingga kerja-kerja sosial kebangsaan yang selama ini jarang diketahui secara personal. Hal itu diungkapkan oleh Bamsoet saat menghadiri peluncuran buku ‘Selangkah di Belakang Mbak Tutut’ di Jakarta, Jumat malam (15/8/25).

“Buku ‘Selangkah di Belakang Mbak Tutut’ bukan sekadar memoar. Ini cermin kepemimpinan yang rendah hati, aspiratif, konsisten melayani, dan dekat dengan denyut masyarakat. Saya menghormati cara Mbak Tutut menempatkan diri selama ini. Konsisten bekerja, tidak banyak berdebat, tetapi tampak dari hasil,” kata Bamsoet dalam keterangannya, Sabtu (16/8/2025).


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia memaparkan buku ‘Selangkah di Belakang Mbak Tutut’ memberi perspektif dari balik layar, bagaimana kepemimpinan bisa bekerja secara senyap namun berdampak. Catatan-catatan yang dihimpun menampilkan perjumpaan Tutut dengan berbagai komunitas, aktivis sosial, dan jaringan kader-kader penggerak yang bekerja di akar rumput.

Menurutnya, pembaca dapat menemukan konteks yang utuh tentang kedisiplinan, keteguhan, dan kebersahajaan yang menjadi fondasi kerja nyata.

“Buku ini memperlihatkan sisi kepemimpinan yang tidak selalu berada di panggung depan, tetapi konsisten memberi pengaruh. Memperlihatkan kepemimpinan yang rendah hati, tidak banyak bicara, tapi membiarkan hasil kerja berbicara sendiri. Mbak Tutut menunjukkan bagaimana pengabdian bisa berlangsung senyap, namun berdampak,” ujar Bamsoet.

Bamsoet menambahkan peluncuran buku ‘Selangkah di Belakang Mbak Tutut’ relevan dengan kebutuhan masyarakat akan teladan yang mampu menjembatani masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Bamsoet mengingatkan peran penting Mbak Tutut saat menjabat Menteri Sosial RI di Kabinet Pembangunan VII yang menuntut empati, kehadiran langsung, dan kemampuan mengelola program-program sosial berskala nasional.

“Peluncuran buku ini juga menjadi pengingat bahwa sejarah tidak hanya dibangun oleh peristiwa besar, tetapi juga oleh langkah-langkah tenang di belakang layar. Dari buku ini kita belajar bahwa pengabdian ialah kerja panjang yang dirawat hari demi hari,” tutupnya.

Hadir dalam peluncuran buku tersebut Tutut Soeharto dan suami Indra Rukmana, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden ke-6 Try Sutrisno, Wiranto, Titiek Soeharto, Menteri Hukum Supratman, Menteri Kebudayaan Fadli Zon, para tokoh, dan kerabat Keluarga Besar Cendana.

(anl/ega)



Source link

Share.