JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengakui industri operator seluler di Indonesia tengah tidak baik-baik saja. Hal itu lantaran bisnis mereka tersaingi dengan platform over the top (OTT).

    Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informasi Kemenkominfo (SDPPI), Ismail menyebut, operator seluler saat ini memiliki tekanan yang sangat berat.

    Besarnya kebutuhan OTT akan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia yang tidak dibarengi lancarnya investasi telekomunikasi membuat operator seluler sulit untuk maju dan berkembang.

    “Income mereka (operator seluler) ini ternyata makin hari makin berat, tersaingi dengan over the top seperti WhatsApp, Google, Netflix, dan sebagainya yang memanfaatkan infrastruktur digital yang besar,” kata Ismail, di Kantor Kemenkominfo, Jumat (12/1/2024).

    “OTT bisnisnya besar sementara infrastruktur membutuhkan investasi yang sangat besar apalagi negara seperti kita mengcover dari Sabang sampai Merauke. Industri ini memiliki tekanan yang sangat berat,” sambungnya.

    Menurut Ismail, pihaknya saat ini terus menjalin komunikasi antar pihak terkait untuk mencari win-win solution. Meski belum menemukan titik terang, upaya mencari jalan tengah terus dilakukan.

    “Jangan sampai karena dia melambat kekuatan finansial makin rendah maka ya enggak bisa berkembang. Kita melihat telekomunikasi sebagai kebutuhan pokok masyarakat. Jangan sampai ada banyak daerah yang nantinya gak bisa dilayani,” tuturnya.

    Ismail menilai, salah satu langkah untuk membuat industri telekomunikasi kembali bergairah adalah dengan memberikan insentif di pembangunan jaringan telekomunikasi kepada operator seluler.

    Namun, menurutnya, rencana ini masih belum bisa direalisasikan sampai saat ini karena masih harus berkomunikasi lagi dengan beberapa pihak dari lembaga lain yang perlu kita dengarkan juga masukannya.

    “Sedang kami diskusikan, masukan-masukan dan sebagainya. Hal ini belum kami putuskan karena butuh koordinasi dengan Kementerian Keuangan, berkoordinasi dengan BPKP dan sebagainya,” ujar Ismail.

    “Jadi kalau ditanya kapan, kajian kami sebenernya sudah menghujung final, dari tim sudah memberikan ke Pak Menteri, tapi beliau belum memutuskan. Bukan karena lambat memutuskan, tapi karena masih harus berkomunikasi lagi dengan beberapa pihak,” tuturnya.


    Follow Berita Okezone di Google News


    Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
    ORION, daftar sekarang dengan
    klik disini
    dan nantikan kejutan menarik lainnya

    Sebagaimana diketahui, sebelumnya Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel, Sigit Puspito Wigati Jarot juga menyebut pemerintah Indonesia perlu meregulasi platform OTT lebih ketat. Jika dibiarkan terlalu lama, ketimpangan pendapatan antara OTT dengan para operator seluler akan menyebabkan industri telekomunikasi tidak sehat.

    Sigit mengatakan, platform OTT saat ini berhasil memeroleh pendapatan jauh lebih besar dibanding para operator seluler. Padahal, OTT bisa beroperasi dengan lancar di Tanah Air berkat peran operator telekomunikasi.

    Ia berpendapat perlu ada sumbangsih OTT untuk turut membantu operator telekomunikasi membangun infrastruktur digital di Indonesia.



    Source link

    Share.