Biodata Yunita Ababiel, Pedangdut Senior yang Tutup Usia di 60 Tahun (Foto: Ist)
JAKARTA – Kabar duka menyelimuti industri musik Tanah Air. Penyanyi dangdut senior Yunita Ababiel menghembuskan napas terakhirnya pada Minggu (13/7/2025) pukul 01.00 WIB di kediamannya di Depok, Jawa Barat.
Kabar kepergian Yunita dibagikan langsung melalui akun Instagram @yunitaababiel. Dalam unggahan tersebut, pihak keluarga memohon doa terbaik untuk almarhumah agar mendapat tempat terindah di sisi-Nya.
Hingga kini, belum ada keterangan resmi soal penyebab wafatnya Yunita. Namun, publik sempat mengetahui Yunita menjalani prosedur medis pada 2024. Dalam salah satu video yang diunggah akun @ijoyhatta, terlihat Yunita bersiap menghadapi operasi, diiringi doa dan dukungan dari sahabat serta penggemar.
Kepergiannya menjadi kehilangan mendalam, bukan hanya bagi keluarga dan rekan-rekan seprofesi, tapi juga bagi penggemar yang tumbuh bersama karya-karyanya sejak dekade 1980-an.

Lahir di Bandung pada 17 Januari 1965 dengan nama asli Yuyun Sri Wahyuni, ia memulai karier musik sejak usia belia. Di masa remajanya, ia tampil dengan nama panggung Jujun N dan dikenal sebagai penyanyi pop aktif sepanjang era 1980-an.
Tercatat, Jujun merilis sekitar 12 album pop dalam dua dekade. Ia banyak berkolaborasi dengan musisi legendaris seperti A. Riyanto dan Pompy, yang berjasa membentuk warna vokalnya yang melankolis namun penuh kekuatan.
Lagu-lagu pop yang ia bawakan identik dengan nuansa romantis dan lirik menyentuh, sangat mencerminkan selera musik masa itu.
Transformasi besar terjadi pada 1997, saat ia memutuskan rebranding dengan menggunakan nama Yunita Ababiel. Nama ini diambil dari nama belakang suaminya, Alik Ababiel, musisi sekaligus mantan gitaris band country Mountain Boys.
Langkah ini mengawali babak baru kariernya di jalur musik dangdut. Album debutnya Pertengkaran menandai pergeseran musikal yang berani, menggabungkan sentuhan pop dengan aransemen khas dangdut melayu.
Pada 1999, Yunita merilis lagu paling ikonis dalam kariernya berjudul Trauma. Lagu ini menuai sambutan luar biasa dan kerap dijuluki “lagu patah hati nasional” oleh banyak penggemar. Lirik yang menyayat hati, suara yang penuh penghayatan, serta aransemen dari Alik Ababiel menjadi kekuatan utama dari lagu ini.
Yunita Ababiel dikenal sebagai musisi yang tidak segan mengeksplorasi berbagai genre. Selain dangdut, ia juga aktif merilis lagu-lagu religi dan qasidah, terutama saat Ramadan.
Album seperti Perasaan Wanita dan Terguncang (2002) menjadi bukti eksplorasinya dalam musik spiritual. Dalam album Terguncang, Yunita membawakan sejumlah lagu adaptasi dari musik India yang disulap menjadi karya bernuansa lokal dengan lirik berbahasa Indonesia.
Kemampuan vokalnya yang fleksibel menjadikannya salah satu penyanyi dangdut dengan jangkauan genre yang luas dan kaya warna.
Dalam kehidupan pribadi, Yunita dikenal sebagai pribadi bersahaja. Ia menikah dengan Alik Ababiel sejak awal 1980-an dan dikaruniai enam anak. Uniknya, Alik bukan hanya pasangan hidup, tetapi juga produser dan pengarah musik utama dari sebagian besar karya Yunita.
Kolaborasi keduanya menjadi simbol keharmonisan antara cinta dan kreativitas dalam dunia hiburan.