Jakarta

    Rangkaian demo berujung ricuh memakan korban jiwa. Sudah ada lima korban jiwa dalam demo di Jakarta hingga Makassar. Para tokoh mengajak semuanya menahan diri dan menyampaikan pendapat secara damai.

    Dirangkum detikcom, Minggu (31/8/2025), lima orang korban jiwa tersebut yakni Affan Kurniawan yang dilindas rantis Brimob pada (28/8/2025) di Jakarta. Kemudian tiga orang lainnya meninggal saat gedung DPRD Makassar, Sulsel kebakaran. Mereka adalah Kasi Kesra Kecamatan Ujung Tanah Saiful Akbar, Staf DPRD Sarina Wati dan Staf Humas DPRD Muhammad Akbar Basri (Abay).

    Kemudian satu orang lagi, bernama Rusdamiansyah meninggal akibat dikeroyok di depan kampus UMI.


    SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT






    Terkait Affan, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pun menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga korban dan berjanji mengusut kasus secara transparan. Ada tujuh anggota Brimob yang diamankan buntut peristiwa tersebut. Tujuh anggota ini sudah dinyatakan melanggar kode etik dan telah ditempatkan secara khusus (patsus).

    Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto juga merespons kejadian ini. Prabowo mengatakan sangat sedih kekerasan petugas Brimob berujung meninggal dunianya Affan. Prabowo berjanji pemerintah akan mengusut tuntas kasus yang berujung tewasnya Affan.

    Tokoh Ajak Jaga Situasi Kondusif

    Sejumlah tokoh pun mengajak semua menjaga situasi agar kondusif. Sebab, saat ini telah ada korban orang meninggal.

    Salah satu seruan itu diungkapkan oleh Mantan Menko Polhukam Mahfud MD. Mahfud meminta semua sabar dan jernih melihat peristiwa.

    “Mereka yang demo dan marah-marah tak bisa disalahkan dan ditindak secara represif karena mereka menyampaikan aspirasi dalam penegakan keadilan,” kata Mahfud lewat instagram resminya @mohmahfudmd, dilihat detikcom, Jumat (29/8/2025).

    Namun, Mahfud juga berpandangan aparat yang mengawal demo juga patut dikasihani. Menurutnya, dalam insiden ojol dilindas rantis, para aparat tersebut panik dan menghadapi dilema. Mahfud berpendapat semua harus bersabar menghadapi musibah tersebut. Selain itu, harus jernih pula melihat yang sudah terjadi.

    “Sabar dan jernih dalam melihat peristiwa,” ujar Mahfud.

    Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir juga menyampaikan hal senada. Hal ini disampaikan usai para tokoh Islam diundang Presiden Prabowo Subianto menyikapi situasi yang terjadi saat ini.

    “Kami memahami demokrasi dan aspirasi, tetapi hendaknya dan kami yakin seluruh rakyat Indonesia dapat memanfaatkan demokrasi itu dengan penuh pertanggungjawaban keadaban,” ujarnya, Sabtu (30/8).

    Lebih lanjut, ia meminta masyarakat waspada untuk tidak terpengaruh dengan hal-hal yang berujung kekerasan. Menurutnya, kekerasan hanya akan merusak keutuhan bangsa.

    “Dan mewaspadai tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang membawa pada kekerasan dan perbuatan-perbuatan yang meruntuhkan keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia,” ujar Haedar.

    Sementara itu, dalam pernyataan pers, Jumat (29/8/2025), Pemuda Muhammadiyah menyampaikan dukacita mendalam atas meninggalnya Affan. Pemuda Muhammadiyah menyebut peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi bangsa Indonesia tentang demonstrasi sebagai hak konstitusional warga seharusnya digelar dengan damai dan penuh tanggung jawab oleh para pihak.

    “Massa aksi seyogyanya menyampaikan aspirasi dengan santun dan tidak mengganggu hak masyarakat lain, serta mematuhi setiap peraturan hukum yang berlaku. Begitupula dengan para petugas, agar melakukan pengamanan dengan humanis,” ujar keterangan tertulis Pemuda Muhammadiyah yang diteken oleh Ketua Umum Dzulfikar Ahmad Tawalla dan Sekretaris Jenderal Najih Prastiyo.

    Seruan damai juga datang dari Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Miftachul Akhyar. Ia meminta semua pihak, terutama aparat dan petugas di lapangan, senantiasa bersikap sabar dan bijaksana. Dia mendorong semua pihak mengedepankan dialog dalam menangani aksi demonstrasi.

    “Kami minta aparat untuk senantiasa sabar dan menahan diri, agar tidak terjadi benturan yang dapat merugikan semua pihak,” kata Kiai Miftah seperti dikutip dari Antara, Jumat (29/8/2025).

    Pernyataan Kiai Miftah tersebut disampaikan guna menanggapi meninggalnya Affan Kurniawan, salah seorang pengemudi ojek online (ojol) yang dilindas rantis Brimob di Jakarta.

    Dia mengatakan arahan Presiden Prabowo Subianto dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo harus menjadi pedoman bersama, yakni menjaga keamanan, ketertiban, dan persaudaraan nasional dengan cara-cara yang damai, tanpa kekerasan, dan tanpa provokasi.

    “Perbedaan pendapat harus disalurkan dengan cara yang damai dan bermartabat. Jangan sampai aksi menyuarakan aspirasi justru melahirkan korban jiwa dan merugikan bangsa dan negara,” kata Kiai Miftah.

    Sementara itu, Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Umat Islam (DPP PUI) juga menyampaikan dukacita mendalam atas meninggalnya Affan Kurniawan. PUI mengajak perbedaaan pendapat jangan sampai memicu kekerasan.

    “Kami menghormati aspirasi masyarakat, tetapi jangan sampai perbedaan pendapat memicu kekerasan yang merugikan semua pihak. Kami berharap semua pihak menahan diri,” kata Ketua Umum DPP PUI, Raizal Arifin, dalam keterangan tertulis, Jumat (29/8/2025).

    Seruan damai dalam menyampaikan pendapat juga disampaikan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Ketua Umum PGI Pendeta Jacklevyn Manuputty meminta semua pihak untuk menjaga ruang perjuangan tetap bermoral. Dia mengatakan seluruh tuntutan harus disampaikan secara bermartabat.

    “Kita butuh ketenangan, bukan karena kita lemah, tapi karena kita ingin tuntutan-tuntutan kita dicapai dengan bermartabat. Mari jaga ruang perjuangan ini tetap bermoral, tetap beradab,” kata Manuputty kepada wartawan, Jumat (29/8/2025).



    Source link

    Share.