BOSTON – Raksasa teknologi Google menghadapi sidang di pengadilan Boston, Amerika Serikat (AS) pada Selasa (9/1/2024) terkait tuduhan pelanggaran hak cipta. Singular Computing, yang didirikan oleh ilmuwan komputer asal Massachusetts, Joseph Bates, mengklaim bahwa Google meniru teknologinya.

    Menurut klaim Bates, prosesor yang Google gunakan untuk mendukung teknologi kecerdasan buatan pada produk-produknya mulai dari Google Search, Gmail, Google Translate, dan layanan Google lainnya merupakan bentuk pelanggaran hak paten.

    Berdasarkan berkas pengajuan gugaran ke Google, yang dilansir dari Gadgets360 pada Rabu, (10/1/2024), Singular telah meminta ganti rugi moneter hingga USD7 miliar (sekira Rp109 triliun). Angka ini merupakan lebih dari dua kali lipatnya pelanggaran paten terbesar yang pernah ada dalam sejarah Amerika Serikat.

    Juru Bicara Google Jose Castaneda, menyebut bahwa hak cipta Singular Computing ini dinilai meragukan dan mengatakan bahwa Google mengembangkan prosesornya secara mandiri selama bertahun-tahun.

    “Kami berharap dapat meluruskannya di pengadilan,” ujar Castaneda. Sedangkan pengacara Singular Computing menolak untuk berkomentar terhadap kasus ini.

    Pada pengaduannya dikatakan bahwa Joseph Bates membagikan ide inovasi untuk pengolahan komputernya kepada Google antara 2010 dan 2014. Mereka mengklaim Unit Pemrosesan Tensor Google yang dapat meningkatkan kemampuan AI tersebut meniru teknologi Joseph dan melanggar dua paten.


    Follow Berita Okezone di Google News


    Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
    ORION, daftar sekarang dengan
    klik disini
    dan nantikan kejutan menarik lainnya

    Google meluncurkan unit pemrosesannya pada 2016 untuk mendukung AI yang digunakan mulai dari pengenalan suara, pembuatan konten, hingga rekomendasi iklan. Namun Singular mengatakan bahwa versi dua dan tiga dari unit tersebut, yang diperkenalkan pada 2017 dan 2018, melanggar hak patennya.

    Google menyanggah tuduhan tersebut kepada pengadilan pada Desember. Mereka menyebutkan jika cara kerja prosesornya berbeda dari teknologi yang dipatenkan oleh Singular dan paten tersebut tidak valid. 

    “Para insinyur Google memiliki perasaan campur aduk tentang teknologi tersebut dan perusahaan akhirnya menolak, secara eksplisit mengatakan kepada Dr. Bates bahwa idenya tidak tepat untuk jenis aplikasi yang sedang dikembangkan Google,” kata Google dalam pengajuan pengadilan.

    Pengadilan di Washington juga akan mendengarkan pernyataan dari Google pada Selasa untuk menentukan apakah akan membatalkan paten Singular dalam kasus terpisah yang diajukan Google dari Kantor Paten dan Merek Dagang AS.



    Source link

    Share.