MALANG – Akademisi Universitas Brawijaya (UB) menegaskan tidak pernah menerima intervensi maupun pihak yang menunggangi seruan, baik dari aparat, maupun kelompok politik lain, ketika akan menyuarakan seruan. Hanya diakui civitas Universitas Brawijaya kondisi yang kurang kondusif, sehingga membuat akhirnya menyuarakan seruan terbuka.

    Ketua Senat Universitas Brawijaya (UB) Prof. Nuhfil Hanani menyatakan, sejauh ini tidak ada intervensi yang dialami para guru besar dan dosen-dosen di UB. Peristiwa yang terjadi di beberapa kampus yang meminta akademisi diminta oknum aparat, atau pihak untuk membuat pernyataan kinerja positif Joko Widodo, juga tidak terjadi.

    “Alhamdulillah Brawijaya tidak ada yang mengintervensi, (intimidasi menyebut Joko Widodo negarawan dan pernyataan positif) tidak ada di Brawijaya, mungkin tidak berani, karena apa, Brawijaya ini namanya raja, yang menyatukan Indonesia, kira-kira begitu. Jadi Alhamdulillah itu tidak terjadi,” ucap Nuhfil Hanani, pada Selasa (6/2/2024).

    Prof. Nuhfil mengakui mendengar adanya pernyataan dari Calon Wakil Presiden (Cawapres) Mahfud MD mengenai adanya rektor dan akademisi yang disebut diintimidasi aparat, usai memberikan pernyataan kritikan ke pemerintah. Tapi Nuhfil menganggap hal itu merupakan pernyataan Mahfud MD, yang tidak berkaitan dengan Universitas Brawijaya meski Mahfud MD merupakan anggota Majelis Wali Amanat (MWA).

    “Prof. Mahfud jangan lupa itu salah satu anggota Majelis Wali Amanat Universitas Brawijaya, orang yang kita hormati, tapi Alhamdulillah Brawijaya tidak ada yang mengintervensi,” tegasnya.

    Sementara itu guru besar Fakultas Hukum Prof. Rachmad Safaat mengungkapkan, bahwa akademisi bebas bersuara dan menyampaikan pendapatnya sebagaimana diatur oleh konstitusi. Ia menegaskan, tidak ada yang mengatur dan menunggangi dalam beragam suara yang disampaikan sejumlah kampus.





    Follow Berita Okezone di Google News


    Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
    ORION, daftar sekarang dengan
    klik disini
    dan nantikan kejutan menarik lainnya

    “Indonesia itu negara demokrasi, yang di dalamnya kebebasan berbicara dijunjung tinggi oleh konstitusi, freedom of the speak, tidak ada paksaan tuntutan dari siapa pun, maka pertemuan kita dalam rangka menyampaikan pemikiran atau petisi kepada siang hari ini, itu bebas tidak ada yang menekan kita,” jelas Prof. Rachmad Safa’at.

    Bahkan dirinya menyingung kondisi negara yang tidak baik-baik saja, jika akademisi dosen dan guru besar tidak turun tangan memberikan kritikan terbuka. Sebab selama ini meski masyarakat bisa sarapan dengan aman dan nyaman, kondisi di luar tidak baik-baik saja.

    “Nampaknya sarapan pagi bisa tenang, tapi sebenarnya Indonesia tidak baik-baik saja. Ada banyak persoalan yang kalau didiamkan akan menjadi bumerang. Oleh karena itu seluruh kampus tidak ada kata terlambat, besok atau kapan pun silakan, bahkan setelah pemilu pun boleh, untuk menyampaikan kritik kepada pemerintah, sebagai wujud negara demokrasi,” tandasnya.

    Sebagai informasi, para profesor, dosen akademisi, dan mahasiswa Universitas Brawijaya akhirnya menyampaikan pernyataan sikap seruan ke pemerintah. Mereka mengkritisi negara yang tidak dalam kondisi baik-baik saja, karena kehilangan etika moral dari para pemimpin bangsa.

    Pada seruannya ada 8 tuntutan yang diarahkan ke pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo, pemerintah daerah, hingga tingkat kecamatan dan desa, menjelang bergulirnya Pemilu 2024. Salah satu yang menjadi perhatian adalah netralitas TNI, Polri, Aparatur Sipil Negara (ASN), serta tetap menjaga etika moral dan demokrasi di Indonesia.

    Langkah UB dalam memberikan pernyataan sikap dan kritikan kepada pemerintah, mengikuti beberapa perguruan tinggi di Malang yang terlebih dahulu menyatakan sikap. Sebelumnya Universitas Islam Malang (Unisma) melalui Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unisma sudah memberikan pernyataan sikap terlebih dahulu, disusul dengan Universitas Negeri Malang (UM), serta beberapa akademisi gabungan kampus seperti Universitas Widyagama, Universitas Merdeka Malang, Universitas Gajayana Malang, dan Universitas Kanjuruhan Malang.



    Source link

    Share.