Jakarta –
Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun merespons data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II tahun 2025 sebesar 5,12 persen secara tahunan. Ia pun mengungkit keberhasilan negosiasi tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang sempat ramai beberapa waktu lalu.
“Terkait pertumbuhan kuartal kedua yang mencapai 5,12 persen, menurut saya itu merupakan sinyal kembalinya kepercayaan publik, kepercayaan pasar, dan investasi asing terhadap kinerja ekonomi Indonesia,” kata Misbakhun kepada wartawan lewat pesannya, Rabu (6/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Legislator Partai Golkar tersebut menyatakan upaya Presiden Prabowo melalui kebijakan-kebijakan yang prorakyat mulai menunjukkan hasil yang nyata. Ia juga memerinci sejumlah kebijakan yang dinilai berhasil mendorong kepercayaan publik.
“Langkah-langkah yang aktif dalam memberantas biaya ekonomi tinggi serta penegakan hukum yang konsisten telah menciptakan keyakinan bahwa ekonomi nasional kini bergerak sesuai jalur yang diharapkan para pengambil kebijakan,” tutur dia.
Namun demikian, ia mengingatkan agar tren positif ini terus dijaga. Menurutnya, ke depannya, tantangan tidak kalah besar dibandingkan saat ini.
“Memasuki kuartal ketiga, pemerintah biasanya merelaksasi anggaran setelah mengevaluasi dua kuartal sebelumnya. Ditambah lagi, saat itu pemerintah sudah memiliki proyeksi yang lebih jelas terkait cadangan kas negara dari penerimaan pajak,” ujar dia.
Misbakhun juga menautkan optimismenya dengan situasi global, khususnya kepastian terkait kebijakan tarif impor AS terhadap produk ekspor Indonesia, yang dikenal sebagai Trump’s Tariff sebesar 19 persen.
“Isu ketidakpastian tarif ini bisa dikondisikan dengan baik. Sehingga pelaku usaha kini bisa membuat perencanaan bisnis dengan lebih pasti,” katanya.
Istana Buka Suara
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 diklaim mengalami lonjakan signifikan hingga mencapai 5,12 persen. Namun, peningkatan itu justru dinilai janggal oleh banyak pihak karena terjadi di tengah tantangan global dan domestik yang belum sepenuhnya pulih.
Pihak Istana melalui Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi angkat bicara soal capaian pertumbuhan ekonomi yang bikin kaget banyak pihak. Dia menyebut pertumbuhan ekonomi dihitung Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan gabungan beberapa komponen yang berkontribusi terhadap pergerakan ekonomi nasional, seperti belanja rumah tangga, belanja pemerintah, dan investasi.
Prasetyo menilai tak ada yang janggal dengan hitungan BPS. Sebab, menurutnya, seluruh komponen sudah diperhitungkan.
“Tentunya kalau hari ini BPS secara resmi sampaikan pertumbuhan ekonomi kita, ya pastilah di situ berisi seluruh komponen tadi, tidak hanya satu atau dua komponen,” ujar Prasetyo saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (5/8).
(maa/maa)