Jakarta –
Faiz Dwi Putra Sudarsa calon taruna Akademi Kepolisian (catar Akpol) asal Padang, Sumatera Barat (Sumbar) merupakan hafiz Alquran. Faiz yang kini berstatus mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan tahun ini adalah kali keduanya mencoba ikut seleksi taruna Akpol.
Faiz mengatakan awal mendalami hafiz Alquran saat masa pandemi COVID-19. Aktivitas yang terbatas hanya di rumah saja membuat dirinya mencari kesibukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orang tuanya membatasi paparan ponsel pada dirinya. Jika ingin memainkan ponsel, Faiz diharuskan menghafal satu halaman ayat Alquran.
“Saya mulai menekuni hafalan Quran awal SMP, saat COVID. Jadi saat itu orang tua, Ibu saya membuat aturan jika saya ingin pegang HP 30 menit, harus hafal satu halaman ayat Alquran. Karena saat itu saya tidak diberi HP. Akhirnya saya mendalami,” cerita dia kepada detikcom saat ditemui di Kompleks Akpol, Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Senin (28/7/2025).
Dia yang terbiasa menghafal ayat Alquran akhirnya ikut kegiatan di Rumah Tahfiz. Dalam sepekan, Faiz tiga kali belajar tahfiz Alquran saat itu.
“Karena suka juga, dan saya masuk Rumah Tahfiz tiga kali seminggu rutin menghafal. Saya hingga saat ini hafal 8 juz,” ujar dia.
Faiz merasa mendapatkan kemudahan sejak mendekatkan diri pada Tuhan. Semisal, imbuh dia, menjadi juara olimpiade matematika. Padahal sebelumnya dia beberapa kali mengalami kegagalan dalam kompetisi matematika.
“Sejak mendalami tahfiz, rasanya urusan dipermudah. Dulu coba-coba olimpiade, tapi gagal terus. Setelah masuk tahfiz mulai juara-juara di SMA,” kata alumnus SMAN 1 Padang ini.
Dia pun mengaku mengalami kemudahan saat proses mencari universitas, meski saat itu fokus utamanya tetap ikut seleksi taruna Akpol. Faiz diterima di ITB karena nilainya memenuhi persyaratan atau masuk kategori layak.
“Lalu SMA mau masuk kuliah rasanya diperlancar. Saya di SMA 1 Padang. Sekarang (kuliaj) jurusan Sistem dan Teknologi Informasi Fakultas Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Komputasi ITB,” jelas Faiz.
“Dulu kebetulan ranking eligible jadi coba untuk plan B, jika gagal masuk akpol. Kebetulan tes pertama gagal, jadi jalani di ITB-nya, saya semester dua saat ini. Saya tetap mau jadi polisi, mau nanganin kasus-kasus seperti di bareskrim, kejahatan-kejahatan siber sehingga masih berkaitan dengan jurusan saya (di universitas),” sambung dia.
Terkait pilihan antara ITB dan Akpol, Faiz mengungkapkan kedua orang tuanya mempersilakan dirinya memilih. Dia lalu menegaskan kemampuan hafiz akan menjadi bekalnya saat berdinas sebagai polisi, bila dirinya lolos Sidang Akhir Rekrutmen Taruna Akpol 2025.
“Orang tua support yang saya pilih. Walaupun saya sudah di ITB, orang tua tetap support pilihan saya. Dengan tahfiz ini kita bisa punya pegangan integritas supaya tidak tersesat godaan pelanggaran. Jadi harus rutin jaga hafalan, baca alquran itu pesan Ibu,” pungkas dia.
(aud/maa)