Dikutip dari Anadolu Agency, Sabtu 8 November 2025, data resmi Bea Cukai China yang baru dirilis menunjukkan ekspor turun 1,1 persen dibanding tahun lalu menjadi 305,3 miliar Dolar AS. Sebaliknya, impor naik 1 persen menjadi 215,2 miliar dolar AS, menghasilkan surplus perdagangan sebesar 90,07 miliar dolar.
Kinerja ini berbalik dari bulan September yang sempat kuat, ekspor naik 8,3 persen dan impor meningkat 7,4 persen, karena banyak perusahaan mempercepat pesanan sebelum kemungkinan kenaikan tarif dari AS.
Ekspor China ke AS anjlok tajam pada Oktober, turun 25,2 persen dibanding tahun sebelumnya. Ini melanjutkan tren negatif beberapa bulan terakhir: turun 21,7 persen pada Juli, 33,1 persen pada Agustus, dan 27 persen pada September.
Ketegangan meningkat setelah Beijing membatasi ekspor rare earth (unsur tanah jarang), bahan penting yang dikuasai China dalam rantai pasokan global. Sebagai balasan, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif baru 100 persen untuk barang-barang asal China mulai 1 November, serta melarang ekspor perangkat lunak penting ke negara itu.
Meski Trump dan Presiden Xi Jinping sempat bertemu di Busan, Korea Selatan pada 30 Oktober dan menunjukkan sikap positif di depan publik, keduanya belum mencapai kesepakatan dalam isu ekonomi utama yang menjadi sumber ketegangan.

