Hal itu disampaikan mantan sekretaris pribadi Gus Dur, Zainul Arifin Junaidi dalam acara Tasyakuran Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional untuk Syaikhona Muhammad Kholil dan Presiden ke-4 RI KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Kantor PB IKA PMII, Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Senin, 17 November 2025.
“Gus Dur ini bukan pahlawan nasional, tapi pahlawan internasional,” kata Zainul
Ia memaparkan bahwa sejak 1993, Gus Dur telah menerima sejumlah penghargaan dunia, termasuk Ramon Magsaysay, serta berbagai gelar doktor kehormatan dari universitas di Amerika, Belanda, Perancis, Thailand, hingga Korea.
Zainul menegaskan, sejumlah gelar kehormatan tersebut diterima bukan karena posisi Gus Dur sebagai Presiden RI, tetapi karena kontribusinya terhadap kemanusiaan dan pluralisme.
“Nilai pluralisme dan humanisme yang dibawa Gus Dur adalah nilai umat manusia. Karena itu, gelar-gelar itu datang bahkan setelah beliau tidak jadi presiden,” ungkapnya.
Di hadapan hadirin, Zainul juga mengisahkan pertemuan pertamanya dengan Gus Dur pada awal 1980-an, saat ia masih menjadi wartawan Pelita.
Dari perjumpaan itu, Gus Dur langsung mengajak Zainul untuk membantu aktivitas LSM dan kemudian kegiatan organisasi di PBNU.
Ia mengaku terpukau pada cara Gus Dur membaca zaman, khususnya terkait gagasan modernisasi organisasi melalui komputerisasi.
“Waktu itu Muhammadiyah saja belum pakai komputer. NU sudah. Itu karena visi Gus Dur. Beliau pernah bilang ke saya, kamu bukan hanya mampu menjawab tantangan zaman, tapi mampu memberi tantangan kepada zaman,” jelasnya.
Zainul juga bercerita bagaimana pada tahun 1984, Gus Dur menjadikan komputerisasi sebagai prioritas utama PBNU.
Banyak kalangan terkejut karena pada masa itu teknologi masih sulit diakses dan hanya dipakai lembaga-lembaga modern.
Namun Gus Dur melihat kebutuhan masa depan organisasi dan langsung menggerakkan kadernya untuk belajar teknologi.
Tampak hadir mantan Jurubicara Presiden ke-3 RI, Adhie Massardi, mantan Sekretaris MPO PB IKA PMII Cholil Nafis, Anggota Komisi X DPR Andi Muawiyah Ramly, serta Ketua Tim Pengusul Gelar Pahlawan untuk Syaikhona Kholil, Muhaimin.

