Dalam pernyataannya, Komando Selatan AS menegaskan bahwa kapal itu sedang berada di perairan internasional. “Intelijen mengonfirmasi bahwa kapal tersebut terlibat dalam penyelundupan narkotika ilegal dan melintasi rute perdagangan narkotika yang diketahui,” tulis pernyataan itu, dikutip dari Reuters, Senin 17 November 2025.
Serangan ini merupakan yang ke-21 sejak awal September. Total lebih dari 80 orang tewas dalam rangkaian operasi militer AS yang disebut bertujuan menekan aliran narkotika ke Amerika Serikat.
Namun, kebijakan ini memicu kritik besar. Sejumlah anggota Kongres, kelompok HAM, dan sekutu AS mempertanyakan legalitasnya. Pemerintahan Trump bersikukuh bahwa mereka memiliki dasar hukum yang kuat, dan Departemen Kehakiman bahkan memberikan opini hukum yang menyatakan bahwa personel militer AS kebal dari tuntutan hukum atas aksi tersebut.
Pada Minggu, Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengumumkan rencana untuk menetapkan Cartel de los Soles — organisasi narkoba yang dituduh bekerja sama dengan geng kriminal Tren de Aragua — sebagai “organisasi teroris asing”. Dengan status ini, memberikan dukungan apa pun kepada kelompok tersebut akan menjadi tindak kriminal di AS.
Pemerintahan Trump juga menuduh Presiden Venezuela Nicolas Maduro memimpin Cartel de los Soles, tuduhan yang telah berulang kali dibantah oleh Maduro.
Sementara itu, Pentagon telah memperkuat kehadiran militernya di Karibia, termasuk pengerahan kapal perang, jet tempur, dan kapal selam nuklir, di tengah pertimbangan opsi tindakan lebih keras terhadap pemerintahan Maduro.

