Ia mengatakan bahwa keduanya bisa mencari jalan tengah demi kebaikan kota tersebut. Sikap ini menandai kemungkinan meredanya ketegangan setelah berbulan-bulan saling serang di ruang publik.
“Wali kota New York ingin bertemu dengan kami. Kita akan mengatur sesuatu,” kata Trump kepada wartawan, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa, 18 November 2025.
Selama kampanye, Trump berkali-kali mengecam Mamdani, bahkan secara keliru menyebutnya sebagai komunis. Ia juga mengancam akan mendeportasi Mamdani yang lahir di Uganda dan merupakan warga negara AS serta menarik dana federal dari New York jika politikus Partai Demokrat itu terpilih.
Mamdani, yang sebelumnya hanya dikenal sebagai anggota legislatif negara bagian, melejit menjadi tokoh populer berkat kampanyenya yang banyak disorot di media sosial.
Ia mempromosikan serangkaian kebijakan progresif dan menempatkan dirinya sebagai penentang keras agenda anti-imigran yang dijalankan Trump dalam masa jabatan keduanya.
Pada pemilihan lalu, kandidat berusia 34 tahun itu berhasil menarik dukungan dari berbagai kelompok warga dan berhasil mengalahkan mantan Gubernur Andrew Cuomo dengan selisih hampir 9 poin.
Dalam pidato kemenangannya, Mamdani menegaskan bahwa New York harus menjadi contoh bagaimana melawan kebijakan presiden. Namun sehari kemudian, ia menegaskan siap bekerja sama dengan siapa pun, termasuk Trump.
Juru bicara Mamdani belum memberikan komentar langsung terkait pernyataan terbaru presiden. Namun ia merujuk pada pernyataan sang wali kota terpilih pekan lalu, ketika Mamdani mengatakan akan menghubungi Gedung Putih karena hubungan yang baik dengan pemerintah federal sangat penting bagi keberhasilan kota ini.
Gedung Putih melalui Sekretaris Pers Karoline Leavitt mengonfirmasi bahwa Trump memang merujuk pada Mamdani dan menyebutkan bahwa belum ada tanggal pertemuan yang ditetapkan.

