Musim Dingin di Madinah: Ketika Masjid Nabawi Menjadi Pelukan Hangat (Arie Dwi Satrio)
MADINAH – Musim dingin di Madinah selalu tiba dengan cara yang tidak tergesa-gesa. Angin dingin menyelinap dari utara, melewati bukit-bukit gersang yang memagari kota, lalu masuk ke jalan-jalan sempit yang dipenuhi peziarah. Sejuknya udara Madinah di bulan November membawa ketenangan yang khas, seolah mengundang setiap orang untuk melangkah pelan, bernapas dalam, dan merasakan kedamaian kota Nabi dengan lebih utuh.
Ketika langit Madinah masih berwarna kejinggaan, Masjid Nabawi tampak seperti kapal besar yang tenang, berdiri di tengah samudra manusia. Payung-payung raksasa terbentang perlahan ketika matahari mulai mengintip dari balik horizon, memayungi jamaah yang sudah duduk bersila sambil menunggu waktu sholat. Embusan udara dingin menggelitik kulit tangan mereka, memaksa sebagian merapatkan jaket tipis atau syal yang melingkar di leher.
Namun, di balik sejuknya udara, ada kehangatan yang sulit dijelaskan: kehangatan dari ketenangan, dari rasa rindu, dari cinta yang tak pernah padam kepada Rasulullah SAW.
Berbeda dengan Mekkah yang selalu terasa bergerak cepat, Madinah punya ritme yang lebih pelan, lembut, dan teduh. Saat musim dingin, ritme itu semakin terasa. Toko-toko di sekitar Masjid Nabawi mulai buka dengan santai. Para penjaga kebersihan masjid menyapu dengan langkah ringan. Aroma teh Arab dan roti samuli merebak dari gerai-gerai kecil di antara hotel-hotel.
Di sela arus jamaah yang mengalir menuju pintu-pintu masjid, terlihat wajah-wajah yang memancarkan keteduhan. Ada sepasang suami-istri lanjut usia yang berjalan bergandengan tangan, berusaha menjaga kehangatan satu sama lain. Ada rombongan pemuda dari Asia yang melangkah penuh semangat, syal melingkar tak rapi di leher mereka. Ada pula jamaah wanita yang mengenakan kerudung tebal, menggenggam tas kecil sambil mengusap tangan yang kedinginan.
Tidak sedikit jamaah Indonesia yang merasakan perbedaan suhu secara signifikan. Muris salah satunya. Jamaah asal Jambi tersebut mengaku sempat terkejut dengan perubahan cuaca sejak kedatangannya di Madinah pada pertengahan November 2025.
“Saya sudah dua hari di Madinah, rencananya akan langsung ke Makkah. Di Madinah selama dua hari ini saya merasa cuaca di sini dingin, suhunya berbeda dengan cuaca di Indonesia,” ujar Muris ditemui di pelataran Masjid Nabawi.
“Suasana di Masjid Nabawi sangat ramai, apalagi ini bulan November, musim dingin. Banyak peminatnya untuk beribadah di sini. Saya merasa kalau mau sholat di dalam Masjid Nabawi harus lebih cepat biar bisa masuk,” imbuhnya.

