Close Menu
IDCORNER.CO.ID

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    Javier Tebas Lontarkan Tuduhan Serius ke Florentino Perez

    November 24, 2025

    Kunjungan Empat Hari di Indonesia, Ratu Belanda Bakal Temui Prabowo

    November 24, 2025

    Di Hadapan DPR, Freeport Targetkan Produksi Emas Tembus 43 Ton Mulai 2028 : Okezone Economy

    November 24, 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    IDCORNER.CO.IDIDCORNER.CO.ID
    • Homepage
    • Berita Nasional
    • Berita Teknologi
    • Berita Hoaks
    • Berita Dunia
    • Berita Olahraga
    • Program Presiden
    • Berita Pramuka
    IDCORNER.CO.ID
    Home»Berita Nasional»Paradoks Zohran

    Paradoks Zohran

    PewartaIDBy PewartaIDNovember 24, 2025No Comments5 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email




    Sosok yang katanya “the people’s leader” ini dielukan sebagai pemimpin kaum jelata yang naik ke panggung kekuasaan dengan janji keadilan sosial dan politik baru. Tapi, eits. Di balik senyum kalem dan retorika revolusioner yang manis seperti iklan kopi organik, tersimpan aroma mewah yang diam-diam lebih harum dari parfum kelas sultan.


    Mari kita kuliti perlahan. Zoran bukan anak pinggiran Bronx yang tumbuh di bawah kolong jembatan sambil bermimpi jadi presiden. Ia lahir di Kampala, Uganda, tahun 1991, di keluarga yang kalau mau dibilang “sederhana”, mungkin sederhananya setara dengan rumah peristirahatan raja Afrika.

    Ayahnya, Mahmood Mamdani, seorang intelektual besar dunia  seperti profesor, penulis, dan figur penting di ranah akademik Afrika. Ibunya, Mira Nair, sutradara kondang dengan film-film yang memboyong nama India dan Afrika ke layar Hollywood, bersama aktor kaliber Denzel Washington.



    Jadi, dari kecil Zoran sudah terbiasa bermain dengan kamera, buku, dan ide bukan dengan layangan plastik atau bola bekas.

    Ia pindah. Tepatnya pindah negara, dari Cape Town ke New York, dari sekolah elite ke sekolah elite lainnya. Anak ini bukan hasil dari keajaiban kesempatan, tapi produk dari privilese yang sudah dibungkus dengan pita ideologis bernama “kesadaran sosial”.

    Hebatnya, bahkan nama tengahnya pun punya cita rasa revolusioner yakni “Kwame” yang mengambil dari nama pemimpin revolusi Ghana, Kwame Nkrumah. Di rumahnya, diskusi soal rasisme dan ketimpangan ekonomi jadi percakapan sehari-hari, mungkin setara dengan obrolan ibu-ibu kompleks soal harga sembako.

    Tapi tentu, privilege

    Ia kuliah di Bowdoin College, jurusan Africana Studies (tentu saja), ikut mendirikan gerakan “Students for Justice in Palestine” dan menjadikan politik kampus sebagai tempat latihan mengasah taring.

    Dari situ, idealisme mulai bersemi dan siapa sangka, kelak ia tumbuh jadi wali kota New York termuda sejak abad ke-19. Anak imigran Muslim, keturunan India-Afrika, duduk di kursi tertinggi kota paling mahal di dunia. Ya, kisah ini memang terlalu indah untuk tidak disorot Netflix.

    Tapi jangan buru-buru meleleh. Sebab di dunia politik, setiap kisah heroik biasanya punya bab “plot twist” yang menggoda. Zoran yang katanya hidup sederhana ternyata hidup dalam gaya yang, ya sederhana menurut Forbes, bukan menurut warga Queens yang masih berjuang membayar sewa apartemen.

    Ia memang tak pamer jam tangan emas, tapi jangan lupa: kesederhanaan pun bisa jadi kemewahan, bila dikurasi dengan baik. Katanya, saat kampanye ia disiapkan oleh stylist ternama tarifnya 10.000 dolar AS sekali dandanan. Konon karena “penampilan juga politik.” Nah, di sini rakyat mulai bingung: ini masih perjuangan kelas, atau audisi “America’s Next Top Mayor”?

    Dan bicara soal keluarga — ah, di sinilah dunia jadi lebih hangat. Di balik setiap orator revolusioner, biasanya ada satu sosok yang lebih tenang tapi tak kalah berpengaruh.

    Istrinya, Rama Duwaji, seorang ilustrator yang menata estetika kampanye Zoran dengan warna-warna yang menggugah mata mulai kuning, jingga, dan hingga biru, simbol gerakan rakyat, tapi dengan cita rasa galeri Dubai.

    Ya, karena memang Rama tumbuh di sana. Ia anak keluarga berada asal Suriah, lahir di Texas, kuliah di Virginia Commonwealth University, dan sempat mengajar di Qatar.

    Singkatnya, pasangan ini bukan pasangan yang bertemu di dapur perjuangan, tapi di Hinge, aplikasi kencan. Ironis? Justru romantis di zaman digital. Dua anak diaspora, dipertemukan algoritma, lalu menikah mewah di Dubai, pernikahan sipil yang katanya “sederhana tapi elegan.”

    Tentu, rakyat mencintai kisah cinta yang manis. Tapi di balik itu, muncul bisik-bisik: “apakah ini cinta dua aktivis, atau aliansi dua pewaris privilese global?” Sebab, gaya hidup mereka tak sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai “kaum buruh” yang kerap Zoran bicarakan.

    Rumah keluarga di Uganda? Sebuah kompleks megah dekat Sungai Nil, lengkap dengan penjaga bersenjata dan tarif Airbnb seribu dolar per malam. Liburan pasca kemenangan ke Puerto Rico, menginap di Hilton tujuh ratus dolar semalam. Mungkin bagi rakyat biasa itu kedengaran seperti pamer, tapi bagi Zoran, itu sekadar “me time revolusioner.”

    Net worth-nya? Katanya cuma 300.000 dolar AS. Tapi jangan lupa, harta kadang bukan soal angka, tapi akses. Akses ke ruang, ke jejaring, ke dunia yang bagi kebanyakan orang, cuma bisa ditonton dari luar pagar. Dan kalau ayah-ibunya digabung, kekayaan keluarga mencapai 20 juta dolar AS.

    Maka, ketika ia bicara tentang “keadilan sosial”, orang bisa saja kagum, tapi juga geli: seperti melihat bangsawan turun ke pasar untuk memborong tempe sambil berkata, “Saya bersama rakyat.” Khas gaya New Yorker.

    Namun jangan salah. Bukan berarti idealismenya palsu. Justru mungkin karena lahir di tengah kemewahan itulah, Zohran tahu betapa timpangnya dunia ini. Ia bukan penipu, tapi paradoks yang hidup, paduan antara kapital dan kesadaran sosial, antara Vogue dan Marx.

    Zohran bukan orang miskin yang berjuang jadi kaya, tapi orang kaya yang berusaha mengerti kemiskinan tanpa kehilangan rasa nyaman.

    Pertanyaannya kini bukan apakah Zohran Mamdani tulus atau palsu. Tapi apakah dunia ini masih memberi ruang bagi seorang sosialis yang lahir dari kemewahan untuk bicara tentang kesetaraan tanpa ditertawakan?

    Apakah seorang anak elite boleh memihak rakyat tanpa dianggap “pura-pura miskin”? Atau jangan-jangan, di abad ini, hanya mereka yang punya privilese yang cukup aman untuk bersuara menentang sistem?

    Kita boleh sinis, boleh kagum, boleh curiga. Tapi satu hal pasti bahwa Zoran Mamdani adalah cermin zaman kita, zaman dimana kapitalisme sudah begitu dalam merasuk, sampai-sampai revolusi pun kini punya manajer gaya hidup.





    Source link

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    PewartaID

    Related Posts

    Kunjungan Empat Hari di Indonesia, Ratu Belanda Bakal Temui Prabowo

    November 24, 2025

    Prabowo Panggil Pimpinan BRIN dan Gubernur BI ke Istana

    November 24, 2025

    Mayoritas Publik Nilai Program Kemendikdasmen Berjalan Baik

    November 24, 2025

    Leave A Reply Cancel Reply

    Demo
    Don't Miss

    Javier Tebas Lontarkan Tuduhan Serius ke Florentino Perez

    Berita Olahraga November 24, 2025

    Ligaolahraga.com -Berita Liga Spanyol: Pernyataan Florention Perez baru-baru ini di Sidang Umum klub pada hari…

    Kunjungan Empat Hari di Indonesia, Ratu Belanda Bakal Temui Prabowo

    November 24, 2025

    Di Hadapan DPR, Freeport Targetkan Produksi Emas Tembus 43 Ton Mulai 2028 : Okezone Economy

    November 24, 2025

    Prabowo Panggil Pimpinan BRIN dan Gubernur BI ke Istana

    November 24, 2025
    Stay In Touch
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    Our Picks

    Javier Tebas Lontarkan Tuduhan Serius ke Florentino Perez

    November 24, 2025

    Kunjungan Empat Hari di Indonesia, Ratu Belanda Bakal Temui Prabowo

    November 24, 2025

    Di Hadapan DPR, Freeport Targetkan Produksi Emas Tembus 43 Ton Mulai 2028 : Okezone Economy

    November 24, 2025

    Prabowo Panggil Pimpinan BRIN dan Gubernur BI ke Istana

    November 24, 2025

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from SmartMag about art & design.

    Demo
    © 2025 ID Corner News

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.