Kabar melegakan ini dikonfirmasi oleh kelompok Kristen setempat pada Minggu, 23 November 2025.
“Lima puluh murid berhasil melarikan diri dan sudah bertemu kembali dengan orang tua mereka,” kata Ketua Persekutuan Gereja-gereja Nigeria (CAN) di Negara Bagian Niger, Pendeta Bulus Dauwa Yohanna, dikutip dari AFP.
Insiden penculikan terjadi pada Jumat lalu ketika kelompok bersenjata menyerbu Sekolah Dasar dan Menengah Katolik St. Mary di negara bagian Niger. Sebanyak 303 siswa dan 12 guru dibawa paksa, menjadikannya salah satu penculikan terbesar dalam sejarah Nigeria.
Anak-anak yang diculik berusia 8 hingga 18 tahun. Hingga kini, pemerintah Nigeria belum mengeluarkan pernyataan resmi soal jumlah pasti korban maupun kondisi mereka yang masih disandera. Pendeta Yohanna menyerukan doa bersama agar ratusan siswa dan guru yang tersisa bisa segera kembali dengan selamat.
Peristiwa ini menambah daftar panjang penculikan massal di Nigeria. Hanya beberapa hari sebelumnya, 25 siswi diculik dari sebuah sekolah di negara bagian Kebbi.
Nigeria telah lama berjuang menghadapi kejahatan semacam ini, terutama sejak tragedi Chibok satu dekade lalu ketika hampir 300 siswi diculik militan Islam. Banyak serangan dilakukan geng bersenjata yang mencari uang tebusan di wilayah-wilayah terpencil.
Paus Leo XIV menyampaikan keprihatinan mendalam dan mendesak pembebasan seluruh sandera. Sementara Presiden AS Donald Trump mengecam meningkatnya kekerasan terhadap umat Kristen di Nigeria. “Apa yang terjadi di Nigeria sungguh memalukan,” ujarnya dalam wawancara radio.
Di dalam negeri, Presiden Bola Tinubu mengumumkan bahwa pasukan keamanan telah menyelamatkan 38 orang dalam serangan terpisah di sebuah gereja di negara bagian Kwara.

