Tunggal putra Indonesia, Chico Aura Dwi Wardoyo. (Foto: PBSI)
PERJALANAN karier tunggal putra Indonesia, Chico Aura Dwi Wardoyo, sarat akan perjuangan. Pria kelahiran Jayapura, Papua, 15 Juni 1998 ini memulai langkahnya di dunia bulu tangkis dari lapangan beralaskan beton.
Kini, Chico tak hanya sukses menembus level dunia, sebagai pemain tunggal putra pertama dari Papua, tetapi juga telah memutuskan menempuh jalur profesional. Dengan berada di luar Pelatnas PBSI, impian Chico masih sama, membawa Papua semakin dikenal di mata dunia.
1. Latihan Keras di Lapangan Beton
Chico Aura Dwi Wardoyo mulai serius menekuni dunia tepok bulu sejak duduk di bangku kelas 3 SD, dikenalkan oleh sang ayah. Saat itu, ia bergabung dengan klub lokal di Papua.
Berasal dari ujung timur Indonesia, Chico menghadapi tantangan besar, terutama perbedaan fasilitas dibandingkan Pulau Jawa yang mendominasi bulu tangkis nasional.
“Pastinya ada perbedaan, pertama dari fasilitas. Ya kayak lapangan, kalau di sini sudah karpet, di sana masih beton. Jadi dulu terbiasa untuk latihan di lapangan beton,” ungkap Chico, kepada Okezone, dikutip Rabu (26/11/2025).
Berlatih seminggu tiga kali di lapangan beton yang penuh risiko tersebut justru menempa mental dan fisiknya. Peraih medali perak Kejuaraan Dunia Junior 2016 ini termotivasi oleh para pemain lokal di Jayapura.
Kegigihannya membuahkan hasil, di mana Chico berhasil mendapat sorotan di turnamen nasional seperti O2SN. Pada 2013, ia memutuskan bergabung dengan klub di Jakarta, PB Exist, dan berhasil menembus Pelatnas PBSI pada 2015.
Prestasinya mulai bersinar, puncaknya saat ia menjuarai Malaysia Masters 2022 dan menjadi runner-up Indonesia Masters 2023. Namun, impian terbesarnya melampaui gelar pribadi, ia ingin membuktikan bahwa Papua mampu bersaing di kancah dunia dan membawa nama tanah kelahirannya tampil di ajang Olimpiade.

