Surabaya, CNN Indonesia —
Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur punya dua syarat yang diajukan untuk menjadi tuan rumah pertemuan ulama dan kiai NU, untuk membahas polemik yang sedang terjadi di dalam internal organisasi PBNU.
Juru Bicara Pesantren Lirboyo KH Oing Abdul Muid Shohib atau Gus Muid, melalui pesan yang ia dapat dari salah satu pengasuh Lirboyo KH Athoillah Anwar, dua syarat itu yakni, pertama ialah pertemuan tersebut harus dihadiri jajaran PBNU yang sedang berkonflik.
“Lirboyo bersedia menjadi tuan rumah. Kalau pertemuan tersebut dihadiri kedua belah pihak,” kata Gus Muid saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Senin (24/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gus Muid enggan menyampaikan siapa saja kedua belah pihak yang ia maksud. Menurutnya publik kini sudah tahu siapa internal PBNU sedang berkonflik.
“Ya yang sekarang [berkonflik] siapa itu,” ucapnya.
Lebih lanjut, syarat yang kedua yakni pertemuan itu juga harus mengundang para kiai-kiai sepuh, yang masuk dalam jajaran Syuriyah PBNU, termasuk pengasuh pondok pesantren.
“Ya, tentu mungkin ya yang dimaksud Gus Atho ya Syuriyah atau dan kiai-kiai sepuh pemangku pesantren. Karena bagaimanapun juga kan owner-nya dalam tanda kutip owner-nya NU ini kan ya Ashabul Ma’had para pemangku pesantren itu,” kata dia.
Gus Muid mengatakan, Pesantren Lirboyo kini telah memutuskan bersedia menjadi lokasi pertemuan itu. Sebab dua pengasuh utama mereka telah memberikan lampu hijau dan restu.
“Atas pengetahuan dan restu pengasuh yaitu KH Anwar Manshur serta KH Kafabihi Mahrus, Lirboyo bersedia menjadi tuan rumah. Ya, ini didasari keprihatinan lah dengan kondisi NU saat ini,” ucapnya.
Namun soal kapan pertemuan itu akan digelar, Gus Muid mengaku belum mengetahuinya. Hal itu masih akan menunggu kesediaan semua pihak yang berkaitan dengan konflik ini.
“Nah, ya kalau memang sudah ada kata sepakat nggih silakan dijadwalkan. Kita siap jadi tuan rumah,” katanya.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengatakan para ulama dijadwalkan bertemu di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, untuk membahas polemik yang sedang terjadi di dalam internal organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.
“Insyaallah nanti akan digelar pertemuan yang lebih luas dengan menghadirkan para kiai sepuh (yang lebih senior) dan unsur-unsur kepemimpinan dalam lingkungan NU, di mana yang jadi tuan rumah adalah Pesantren Lirboyo di Kediri,” katanya di Kantor Pusat PBNU, Jakarta Pusat, Minggu (23/11) malam.
Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya tengah menghadapi isu upaya pemakzulan dirinya dari posisi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Isu itu terungkap melalui dokumen Risalah Rapat Harian Syuriyah PBNU per tanggal 20 November 2025.
Berdasarkan dokumen tersebut, Rapat Harian Syuriyah itu disebut dihadiri oleh 37 orang dari total 53 orang Pengurus Harian Syuriyah PBNU. Dokumen risalah itu sendiri ditandatangani Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. Namun belum terkonfirmasi keabsahan dokumen tersebut.
Merespons hal itu, Gus Yahya mengaku tak akan mundur dari posisi Ketum PBNU, meski didesak mundur oleh jajaran Syuriah PBNU. Hal itu dikatakan Gus Yahya usai menghadiri Rapat Koordinasi Ketua PWNU se-Indonesia di Hotel Navator Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (22/11) malam hingga Minggu (23/11) dini hari.
“Saya sama sekali tidak terbesit pikiran untuk mundur,” kata Gus Yahya usai rapat.
Menurutnya, ia merupakan Ketua Umum PBNU yang sah dan mendapatkan suara mayoritas dari para pengurus NU pada Muktamar NU ke-34 di Bandar Lampung 2021 lalu. Karena itu, dia pun bertekad untuk menuntaskan masa khidmatnya genap lima tahun hingga 2026 mendatang.
“Karena saya mendapatkan amanat dari Muktamar ini untuk lima tahun. Ya, pada Muktamar ke-34 yang lalu saya mendapatkan mandat lima tahun. Karena akan saya jalani selama 5 tahun. InsyaAllah saya sanggup,” ujarnya.
(frd/isn)
[Gambas:Video CNN]

