“Pada November 2025, terjadi inflasi sebesar 0,17 persen atau kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 109,04 pada Oktober 2025 menjadi 109,22,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Senin 1 Desember 2024.
Sementara inflasi tahunan (yoy) turut menyentuh 2,72 persen, dan secara tahun kalender (ytd) berada di level 2,27 persen.
Pudji menyebut kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang inflasi bulanan terbesar, dengan inflasi 1,21 persen dan andil 0,09 persen.
“Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,08 persen,” jelas Pudji.
Tak hanya itu, komoditas lain yang ikut menyumbang inflasi yakni tarif angkutan udara dengan andil 0,04 persen, bawang merah 0,03 persen, ikan segar 0,02 persen, dan wortel 0,02 persen.
Sebanyak 28 provinsi tercatat mengalami inflasi bulanan, dengan Papua mencatat angka tertinggi sebesar 1,69 persen. Sementara 10 provinsi mengalami deflasi, dengan Aceh menjadi yang terdalam yaitu 0,67 persen.
Di sisi lain, Pudji menyebut inflasi tahunan 2,72 persen terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Inflasi di kelompok ini mencapai 4,25 persen dengan andil 1,22 persen.
“Komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah cabai merah. Komoditas lain di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi dominan adalah emas perhiasan,” tutupnya.

