Di kediaman yang sarat sejarah dan menjadi salah satu pusat rujukan spiritual warga Nahdliyin itu, puluhan ulama Syuriyah NU dan para masyayikh pesantren se-Madura berkumpul dalam sebuah pertemuan penting bertajuk Silaturrahim Alim Ulama NU dan Pesantren Madura Raya.
Pertemuan ini diprakarsai oleh KH Muhammad Faishol Anwar, Rais Syuriyah PCNU Bangkalan sekaligus Sesepuh Bani Syaikhona Kholil. Para kiai yang hadir larut dalam suasana teduh khas pesantren, namun dengan kegelisahan yang tidak bisa disembunyikan terhadap dinamika yang tengah mengguncang tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Dalam pernyataannya, para ulama menyampaikan tiga sikap utama. Pertama, mereka mengungkapkan rasa keprihatinan yang teramat mendalam atas kondisi internal PBNU saat ini.
Para kiai menilai polemik yang berkembang telah menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat, khususnya warga Nahdliyin yang selama ini memegang teguh adab dan ketertiban organisasi.
“Kedua memasrahkan sepenuhnya penyelesaiannya kepada alim ulama Khsusnya Musyatasyar & Sesepuh NU selaku pemegang otoritas tertinggi di Nahdlatul Ulama,” tulis pernyataan sikap yang dikutip redaksi, Rabu, 3 Desember 2025.
Ketiga, kepada seluruh warga Nahdlatul Ulama di mana pun berada, para kiai Madura menyerukan agar tetap tenang, menjaga ukhuwah nahdliyyah, serta memperbanyak munajat kepada Allah SWT. Dalam situasi yang tidak menentu ini, mereka berharap masyarakat NU tidak terjebak pada pertikaian, melainkan mengambil peran sebagai penjaga keteduhan.
Pertemuan tersebut ditutup dengan doa bersama, memohon agar NU tetap menjadi rumah besar yang teduh, sebagaimana diwariskan para ulama. NU harus kembali pada kedamaian, kebesaran, dan keberkahan yang menjadi jati dirinya sejak awal berdiri.

