Ekonom dan pendiri Bright Institute, Awalil Rizky, menyoroti potensi MBG sebagai motor penggerak ekonomi daerah. Peningkatan permintaan bahan pangan dari program ini terbukti mengaktifkan pasar lokal dan menghindari jatuhnya harga komoditas pertanian.
“MBG ini diterima dengan sangat baik karena mampu menghadirkan manfaat ganda. Tidak hanya soal gizi, tapi juga bisa menggerakkan perekonomian, terutama di tingkat lokal,” ujar Rizky, dalam keterangannya kepada media, dikutip Jumat 5 Desember 2025. .
Dampak nyata dirasakan Tri Susanto, seorang pedagang sayur di Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Dulu, Tri hanya mengandalkan penjualan harian yang tak menentu di pasar.
Setelah terlibat dalam MBG, ia kini menjadi penyuplai utama bahan pangan harian untuk dapur layanan gizi setempat. Tri menjelaskan a mengambil bahan langsung dari petani, membuat permintaan meningkat dan harga sayur menjadi jauh lebih stabil (tidak lagi jatuh). Dari situ, Tri mampu mempekerjakan ibu-ibu di sekitarnya untuk membantu menyiapkan sayuran.
Agar manfaat anggaran besar ini tersebar merata, Rizky menekankan pentingnya tata kelola yang sehat. Ia mendesak Pemerintah menindaklanjuti lima rekomendasi KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) yang dikeluarkan pada Agustus 2025.
Rekomendasi KPPU bertujuan memastikan rantai pasok yang kompetitif dan melibatkan banyak pelaku usaha, termasuk UMKM, demi mencegah monopoli atau oligopoli. Diyakini, penerapan rekomendasi KPPU ini dapat memastikan rantai pasok yang kompetitif dan melibatkan pelaku usaha lokal secara luas.
“Menurut saya, rekomendasi KPPU perlu digaungkan agar pasar jangan sampai menjadi tidak sehat. Misalnya, adanya monopoli, oligopoli, atau ada segelintir pihak yang menguasai pasokan, atau menguasai beberapa hal lain. Rekomendasi KPPU justru antara lain bisa mengatasi persoalan-persoalan yang tidak perlu,” tegas Rizky.
MBG kini dinilai sebagai angin segar bagi perekonomian nasional dan daerah, membuka peluang usaha, serta memberikan pendapatan yang lebih stabil.

