Close Menu
IDCORNER.CO.ID

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    Menteri LH Ancam Pidana jika Ada Kesengajaan Buang Kayu Pemicu Banjir

    December 7, 2025

    Andoni Iraola Tetap Puas Meski Bournemouth Cuma Imbang Lawan Chelsea

    December 7, 2025

    Indonesia Raih Juara 2 di MHQ Disabilitas Netra Internasional 2025

    December 7, 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    IDCORNER.CO.IDIDCORNER.CO.ID
    • Homepage
    • Berita Nasional
    • Berita Teknologi
    • Berita Hoaks
    • Berita Dunia
    • Berita Olahraga
    • Program Presiden
    • Berita Pramuka
    IDCORNER.CO.ID
    Home»Berita Nasional»China Primadona Global

    China Primadona Global

    PewartaIDBy PewartaIDDecember 7, 2025No Comments5 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email



     
    Selanjutnya, “Kita harus menjunjung tinggi gagasan bahwa bekerja keras adalah kebajikan yang paling mulia, paling agung dan paling indah.”
     


    Dan terakhir “Semakin ganasnya lautan semakin kuat pula harus bersatu.”
     
    Kini tidak ada yang ingin diimpor China, tidak ada yang tidak yakin dapat dibuat dengan lebih baik dan lebih murah, tidak ada yang membuatnya ingin bergantung pada pihak asing lebih lama dari yang seharusnya.


     
    China kini bagai idola, karenanya kini negara Barat menyebutnya memainkan “Beggar thy neighbor” adalah kebijakan ekonomi yang menguntungkan satu negara dengan mengorbankan negara lain, seringkali dengan membuat produk dalam negeri lebih murah dan produk luar negeri lebih mahal.
     
    Contoh umum termasuk penerapan hambatan perdagangan seperti tarif dan kuota, atau devaluasi mata uang suatu negara untuk meningkatkan ekspor.
     
    Meskipun dapat membantu negara yang menerapkannya untuk sementara, kebijakan ini seringkali memicu pembalasan dan pada akhirnya dapat merugikan semua negara yang terlibat, menjadikannya formula “saya dulu” yang dapat menyebabkan kerusakan ekonomi.
     
    Merujuk pada strategi ekonomi di mana suatu negara mencoba memecahkan masalahnya sendiri, seperti pengangguran yang tinggi atau resesi, dengan mengambil tindakan yang memperburuk situasi ekonomi mitra dagangnya.
     
    Kebijakan seperti menaikkan tarif impor atau devaluasi mata uang membuat barang-barang dalam negeri lebih murah untuk dibeli oleh orang asing dan barang-barang asing lebih mahal bagi konsumen domestik, sehingga meningkatkan industri dalam negeri.
     
    Meskipun hal ini dapat memberikan keuntungan jangka pendek, negara lain dapat membalas dengan kebijakan serupa, yang mengarah pada perang dagang.  dan kerugian bersih bagi semua orang.
     
    Istilah ini telah ada selama berabad-abad, dengan Adam Smith menulis tentangnya dalam The Wealth of Nations pada tahun 1776, dan khususnya menonjol pada tahun 1930-an sebelum pembentukan lembaga yang dirancang untuk mencegahnya kembali.
     
    Dalam permainan kartu, istilah ini juga merujuk pada permainan kartu dua pemain tradisional dengan tujuan memenangkan semua kartu lawan, yang merupakan cara lain untuk menggambarkan perolehan keuntungan dengan mengorbankan orang lain.
     
    Pada hal sebelumnya negara Barat memainkan strategi “memiskinkan sesamamu”. Sebuah laporan Bloomberg pada hari Sabtu, 30 November 2025 mengklaim China, mengutip para ekonom Goldman Sachs, sedang menekan negara-negara berkembang dengan mendominasi manufaktur berteknologi rendah maupun tinggi.
     
    Artikel tersebut secara gamblang menggambarkan strategi China sebagai ancaman “beggar-thy-neighbor” terhadap ekonomi global. Dibalut dengan bahasa data dan ekonomi, narasi ini kurang merupakan penilaian netral, melainkan versi kemasan ulang dari alur cerita lama “ancaman manufaktur China”.
     
    Niat politiknya jelas yakni untuk membentuk kembali China tidak hanya sebagai penantang AS dan Eropa, tetapi juga sebagai pengganggu prospek negara-negara berkembang lainnya sehingga membenarkan koalisi yang lebih luas dalam mendukung kebijakan decoupling terhadap Beijing.
     
    Selama bertahun-tahun, sebagian komentator Barat mengandalkan pemikiran zero-sum untuk menjelaskan kebangkitan China. Satu dekade lalu, yang sering didengungkan adalah China telah “mencuri pekerjaan kerah biru Amerika.”
     
    Kini, skenarionya telah diperbarui, China kini konon “mencuri” industrialisasi Afrika, pertumbuhan ekspor Asia Tenggara, dan ruang pembangunan Amerika Latin.
     
    Klaim bahwa “China sedang menyingkirkan negara-negara berkembang lainnya” hanyalah lapisan retorika lain yang membungkus strategi yang lebih luas untuk “mengurangi risiko dari China”. Masalahnya, cerita ini tidak sesuai dengan fakta. Dalam beberapa tahun terakhir, investasi langsung China dan kerja sama industri telah berkembang pesat.
     
    Perusahaan-perusahaan China telah membangun kawasan industri dan basis produksi di Vietnam, Indonesia, Meksiko, Mesir, Etiopia, dan banyak negara lainnya, tidak hanya membawa modal dan peralatan, tetapi juga teknologi, keahlian manajemen, dan, yang terpenting, lapangan kerja.
     
    Di seluruh Afrika, Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Amerika Latin, jalur kereta api, pelabuhan, pembangkit listrik, dan jaringan telekomunikasi yang dibangun China menyediakan infrastruktur penting yang telah lama kurang dimiliki banyak negara.
     
    Pernyataan bahwa China “membawa industrinya ke luar negeri” jauh lebih akurat daripada mengatakan bahwa China “berpegang teguh pada manufaktur kelas bawah di dalam negeri.”
     
    Segmen-segmen kunci dari rantai industri yang terhubung dengan China sedang dikonfigurasi ulang lintas batas. Banyak negara berkembang secara aktif memanfaatkan elemen-elemen pengalaman pembangunan China untuk meningkatkan manufaktur mereka sendiri.
     
    Melalui perluasan rantai semacam ini, negara-negara berkembang dapat terhubung ke jaringan produksi global lebih cepat dengan memanfaatkan kapasitas China, sekaligus mengekspor lebih banyak di sektor-sektor pelengkap.
     
    Hal ini merupakan jalan menuju industrialisasi yang lebih cepat, bukan hambatan. Inilah yang paling dikhawatirkan Barat yaitu, perkembangan manufaktur di lebih banyak negara berkembang pada akhirnya akan menggoyahkan dominasi Barat di lebih banyak bidang.
     
    Ini bukan akibat persaingan China, melainkan akibat pembagian kerja yang telah berlangsung lama yang didominasi oleh negara-negara maju dan kebangkitan proteksionisme di Barat.
     
    Selama beberapa dekade, sekelompok kecil negara kaya telah mengendalikan teknologi, standar, dan aturan keuangan utama, mempertahankan aktivitas bernilai tinggi dan bermargin tinggi di dalam negeri sambil memindahkan segmen padat karya dan padat sumber daya ke luar negeri.
     
    Akibatnya, banyak negara berkembang terjebak di dasar rantai nilai global. Kini, dengan dalih “keamanan nasional” dan “de-risking”, AS dan beberapa sekutunya membangun hambatan tarif dan teknologi baru, memperjuangkan “friendshoring” dan membangun “halaman kecil dan pagar tinggi” untuk merestrukturisasi rantai pasokan dengan cara yang secara eksplisit mengesampingkan China dan, dalam praktiknya, juga membatasi otonomi kebijakan banyak negara-negara Selatan Global.
     
    Upaya Barat untuk “mengekang China” semakin diproyeksikan ke negara-negara berkembang yang lebih luas, yang berupaya melemahkan hubungan perdagangan dan industri antara negara-negara ini dan China.
     
    Seperti itulah strategi “beggar-thy-neighbor” yang sesungguhnya dan ini merupakan penjelasan yang lebih kredibel tentang siapa yang secara historis telah mengambil “pekerjaan dan peluang” dari negara-negara berkembang.
     
    Sebaliknya, China telah berupaya menawarkan alternatif melalui inisiatif seperti Inisiatif Sabuk dan Jalan. Inisiatif Pembangunan Global yang dibangun di atas prinsip-prinsip konsultasi yang ekstensif, kontribusi bersama, dan manfaat bersama.
     
    Pendekatan ini tidak berpura-pura bahwa tidak ada kepentingan yang dipertaruhkan; sebaliknya, pendekatan ini mengakui bahwa kerja sama berkelanjutan merupakan kepentingan jangka panjang semua pihak dan bahwa hak-hak pembangunan harus dibagi secara lebih merata.
     
    Pembangunan China tidak pernah menjadi kisah sukses yang terisolasi. Menjadikan sebagai primadona. Pembangunan China telah berkembang bersama, dan semakin bermitra dengan, negara-negara berkembang yang lebih luas. Berbagi peluang, mendukung mitra, dan berkontribusi pada pertumbuhan global melalui tindakan nyata, bukan slogan, adalah respons terkuat yang mungkin terhadap narasi “ancaman China”.
     
    China sebagai idola dan primadona global dapat dikatakan bagai sebuah “Terang lebih daripada Matahari dan Langit Berlian yang jauh”. Kini mau tidak mau China adalah”Untouchable” artinya tak tersentuh, tidak dapat diraba, atau tidak dapat dijangkau. Semua ini didapatkan dari sebuah kata “Kerja Keras”.

    *Penulis adalah Eksponen Gema 77/78
     





    Source link

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    PewartaID

    Related Posts

    Indonesia Raih Juara 2 di MHQ Disabilitas Netra Internasional 2025

    December 7, 2025

    Larangan Reklame Produk Tembakau Mengancam Industri Periklanan

    December 7, 2025

    KPK Sorot Peran Anak Gubernur Kalbar di Kasus Korupsi Jalan Mempawah

    December 7, 2025

    Leave A Reply Cancel Reply

    Demo
    Don't Miss

    Menteri LH Ancam Pidana jika Ada Kesengajaan Buang Kayu Pemicu Banjir

    Berita Teknologi December 7, 2025

    Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq menegaskan pemerintah tak akan…

    Andoni Iraola Tetap Puas Meski Bournemouth Cuma Imbang Lawan Chelsea

    December 7, 2025

    Indonesia Raih Juara 2 di MHQ Disabilitas Netra Internasional 2025

    December 7, 2025

    Live Malam Hari di RCTI! Ini Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia U-22 vs Filipina U-22 di SEA Games 2025 : Okezone Bola

    December 7, 2025
    Stay In Touch
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    Our Picks

    Menteri LH Ancam Pidana jika Ada Kesengajaan Buang Kayu Pemicu Banjir

    December 7, 2025

    Andoni Iraola Tetap Puas Meski Bournemouth Cuma Imbang Lawan Chelsea

    December 7, 2025

    Indonesia Raih Juara 2 di MHQ Disabilitas Netra Internasional 2025

    December 7, 2025

    Live Malam Hari di RCTI! Ini Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia U-22 vs Filipina U-22 di SEA Games 2025 : Okezone Bola

    December 7, 2025

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from SmartMag about art & design.

    Demo
    © 2025 ID Corner News

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.