Close Menu
IDCORNER.CO.ID

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    Keith Andrews Isyaratkan Brentford Cari Tambahan Penyerang di Januari

    December 7, 2025

    Kemenkop–Kejagung Perkuat Pengawasan Kopdes Merah Putih

    December 7, 2025

    Banjir Rob Terjang Ancol, Pengelola Angkat Bicara soal Kondisi Terkini : Okezone Women

    December 7, 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    IDCORNER.CO.IDIDCORNER.CO.ID
    • Homepage
    • Berita Nasional
    • Berita Teknologi
    • Berita Hoaks
    • Berita Dunia
    • Berita Olahraga
    • Program Presiden
    • Berita Pramuka
    IDCORNER.CO.ID
    Home»Berita Nasional»Pekerja Pengolahan Tuna di Jakarta, Bali dan Sulut Masih Memprihatinkan

    Pekerja Pengolahan Tuna di Jakarta, Bali dan Sulut Masih Memprihatinkan

    PewartaIDBy PewartaIDDecember 7, 2025No Comments3 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email




    Menindaklanjuti dari diskusi riset ini pada September lalu, DFW Indonesia menyelenggarakan kegiatan diseminasi untuk “Laporan Quick Assessment: Kondisi Pekerja Pengolah Tuna di Benoa, Bitung, dan Jakarta”. 


    Direktur Program DFW Indonesia Imam Trihatmadja menyampaikan bahwa diseminasi riset ini merupakan dilakukan sebagai salah satu cara untuk bisa memberikan gambaran bagaimana pekerja pengolah makanan laut bekerja di Indonesia. 

    “Dalam lima bulan berproses, banyak temuan bagaimana kondisi pekerja pengolah makanan laut yang kami ungkapkan dalam riset cepat ini,” ujar Imam dalam keterangan yang diterima redaksi di Jakarta, Sabtu, 6 Desember 2025.



    Human Rights Officer DFW Indonesia Nabila Tauhida memaparkan bahwa hasil riset yang dilakukan menunjukkan bahwa industri ini beroperasi dalam rezim ketenagakerjaan fleksibel yang ditandai kontrak tidak pasti (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu-PKWT berulang dan skema pekerja borongan), upah rendah, jam kerja panjang, serta minim perlindungan sosial.

    “Dalam proses pelaksanaan riset ini kemarin, kami bahkan menemukan situasi bahwa banyak pekerja yang harus bekerja dengan suhu minus 45 derajat, mereka masuk ke dalam ruangan tersebut, tanpa adanya Alat Pelindung Diri (APD) yang layak untuk bisa melindungi mereka,” kata Nabila.

    Terlebih, disposabilitas pekerja dalam industri ini cukup tinggi. Hal ini terlihat dalam banyaknya proses perekrutan dalam model walk-in-interview yang bisa melakukan wawancara pekerja hingga 10-15 orang setiap harinya. 

    Nabila juga menambahkan bahwa disisi lain, temuan ini merupakan pembuka bahwa hingga hari ini bukan hanya awak kapal perikanan (AKP) yang belum bekerja dengan layak namun juga mereka yang bekerja di pabrik pengolahan ikan. 

    Sejalan dengan paparan Nabila, Luthfian Haekal selaku Human Rights Manager DFW Indonesia menyampaikan bahwa dalam riset ini ditemukan bahwa disposabilitas juga didukung oleh adanya turnover yang cukup tinggi. 

    Menurut Haekal, dalam prosesnya bahkan ada perwakilan bagian sumber daya manusia sebuah perusahaan yang menyampaikan bahwa komitmen kerja bagi generasi muda yang mereka rekrut cenderung lebih minim dibandingkan generasi sebelum mereka. 

    “Di tahun 1997-1998, salah satu hal yang disyaratkan oleh IMF untuk program reformasi ekonomi adalah penekanan bahwa upah buruh harus selalu murah. Ini kemudian secara tidak langsung berdampak pada bagaimana industri dan regulasi membentuk peraturan ketenagakerjaan salah satunya dengan membuat kontrak kerja jangka pendek,” tandas Haekal.

    Dari riset ini, DFW Indonesia merekomendasikan beberapa hal antara lain: melakukan penyusunan standar ketenagakerjaan sektoral perikanan, mewajibkan uji tuntas HAM sebagai syarat ekspor, dan melakukan audit PKWT tahunan berbasis risiko untuk menghindari pelanggaran batas kontrak dan mencegah ketidakpastian pekerja. 

    Tentunya, rekomendasi ini tidak bisa berjalan tanpa adanya kolaborasi multi pihak dari pemerintah, kementerian dan lembaga terkait, asosiasi pengusaha, serta kelompok masyarakat. Sehingga, DFW Indonesia berharap bahwa riset ini bisa menjadi salah satu pembuka mata bagi banyak pihak mengenai realita pekerja pengolahan makanan laut di Indonesia.  





    Source link

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    PewartaID

    Related Posts

    Kemenkop–Kejagung Perkuat Pengawasan Kopdes Merah Putih

    December 7, 2025

    Nasihat Ma’ruf Amin soal Kisruh PBNU

    December 7, 2025

    Rais Syuriyah Sebut Silaturahmi Mustasyar PBNU Tak Bisa Batalkan Pleno

    December 7, 2025

    Leave A Reply Cancel Reply

    Demo
    Don't Miss

    Keith Andrews Isyaratkan Brentford Cari Tambahan Penyerang di Januari

    Berita Olahraga December 7, 2025

    Ligaolahraga.com -Berita Liga Inggris: Keith Andrews mengatakan Brentford akan mencari bala bantuan di lini serang…

    Kemenkop–Kejagung Perkuat Pengawasan Kopdes Merah Putih

    December 7, 2025

    Banjir Rob Terjang Ancol, Pengelola Angkat Bicara soal Kondisi Terkini : Okezone Women

    December 7, 2025

    Banjir Sumatra Akibat Perubahan Iklim dan Ulah Manusia

    December 7, 2025
    Stay In Touch
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    Our Picks

    Keith Andrews Isyaratkan Brentford Cari Tambahan Penyerang di Januari

    December 7, 2025

    Kemenkop–Kejagung Perkuat Pengawasan Kopdes Merah Putih

    December 7, 2025

    Banjir Rob Terjang Ancol, Pengelola Angkat Bicara soal Kondisi Terkini : Okezone Women

    December 7, 2025

    Banjir Sumatra Akibat Perubahan Iklim dan Ulah Manusia

    December 7, 2025

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from SmartMag about art & design.

    Demo
    © 2025 ID Corner News

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.