SPPG Bogor Tamansari Sukamantri dinilai layak menjadi model nasional zero waste berkat inovasi pengolahan limbah berbasis maggot, ekonomi sirkular, serta standar higienitas yang konsisten dipenuhi.
Konsep zero waste di SPPG Sukamantri tidak hanya menekan sampah makanan secara drastis, tetapi juga menciptakan nilai tambah melalui pemanfaatan maggot sebagai pakan ternak dan pupuk organik.
Model ekonomi sirkular ini menjadi bagian penting dari visi BGN untuk menjadikan setiap SPPG lebih efisien, mandiri, dan berkelanjutan.
Pemilik Yayasan Mutiara Keraton Solo, Sujimin atau dikenal Jimmy Hantu, yang turut mendampingi pengembangan SPPG Sukamantri, menegaskan bahwa inovasi ini membawa dampak positif yang nyata bagi lingkungan dan masyarakat.
“Sejak awal kami ingin membangun SPPG yang bukan hanya memproduksi makanan bergizi, tetapi juga menjadi pusat edukasi lingkungan. Sistem maggot ini terbukti efektif, produktif, dan sangat mungkin diterapkan di wilayah lain,” ujar Jimmy dalam keterangan yang diterima redaksi di Jakarta, Rabu, 10 Desember 2025.
Kepala SPPG Bogor Tamansari Sukamantri, Dhia Aidha Wahyuningtyas, menjelaskan bahwa zero waste telah menjadi prinsip dasar operasional sejak tahap perencanaan dapur. Seluruh proses produksi diarahkan agar tidak meninggalkan limbah.
“Setiap sisa makanan kami olah menjadi pakan maggot, lalu maggot menjadi pakan ternak yang kembali menjadi bahan menu MBG. Siklus ini membuat produksi lebih efisien, sehat, dan ramah lingkungan,” kata Tyas.
Sementara itu, Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, Khairul Hidayati, menegaskan bahwa model di Sukamantri menjadi rujukan bagi SPPG lain dalam penguatan standar keberlanjutan.
“SPPG Sukamantri membuktikan bahwa penguatan gizi nasional dapat berjalan seiring dengan pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab. Zero waste di sini adalah praktik nyata yang bisa diadopsi oleh daerah lain,” ujar Hida.
Ia menambahkan bahwa BGN tengah menyiapkan ekspansi model ini ke lebih banyak SPPG di berbagai provinsi.
“Transformasi SPPG adalah bagian dari roadmap besar BGN. Kami ingin seluruh daerah menerapkan standar yang sama, aman, higienis, efisien, dan minim limbah. Ini penting untuk keberlanjutan program MBG jangka panjang,” tutup Hida.

