Penulis lantas melihat rekam jejak Presiden Prabowo Subianto dalam memperjuangkan lingkungan. Prabowo sebelumnya telah mengutus delegasi dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) di Belém, Brasil, pertengahan November 2025.
Di forum itu, Indonesia menyatakan komitmen untuk menyalurkan dana sebesar 1 miliar Dolar AS (sekitar Rp16,6 triliun) ke dalam Tropical Forest Forever Facility (TFFF) guna mendukung konservasi hutan tropis global.
Dana ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan Prabowo dengan Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva dan sejalan dengan komitmen pendanaan yang sebelumnya telah diberikan oleh Pemerintah Brasil. Beberapa negara lain juga telah menyatakan komitmen pendanaan, termasuk Norwegia yang berjanji menyumbang 3 miliar Dolar AS dalam sepuluh tahun.
Komitmen Indonesia dilatarbelakangi oleh laju deforestasi yang menunjukkan tiingkat kenaikan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2024, deforestasi mencapai 261.575 hektare (naik 4.191 hektare dari 2023). Deforestasi Pulau Kalimantan mencapai 129.896 hektare (terparah), Kalimantan Timur: 44.483 hektare dan Kalimantan Barat: 39.598 hektare.
Forest Watch Indonesia (FWI) mencatat bahwa rata-rata deforestasi Indonesia tetap berada di kisaran 675.000 hektare per tahun sepanjang 2021-2024, jauh di atas jalur penurunan deforestasi yang konsisten dengan komitmen iklim minimum (NDC) Indonesia.
Penyebab Utama Deforestasi dan Mendidihnya Bumi
Indonesia perlu upaya keras untuk kurangi deforestasi dan mencapai komitmen iklim mendidih. Sebagaimana kita ketahui, bahwa penyebab utama deforestasi: Pertama, Perluasan Pertanian dan Perkebunan yang mengubah hutan menjadi lahan monokultur seperti kelapa sawit, karet, atau kakao. Data perkebunan Sawit: 37.483 hektare.
Kedua, Penebangan Liar (Illegal Logging): Eksploitasi kayu untuk industri furnitur, kertas, dan bangunan. Jumlah lahan kebun kayu: 41.332 hektare. Ketiga, Tambang: Aktivitas seperti tambang batu bara, nikel, dan emas. Jumlah lahan Tambang: 36.615 hektare. Keempat, Pembangunan Infrastruktur: Proyek jalan, bendungan, kawasan industri, dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Kelima, Kebakaran Hutan: Seringkali disengaja untuk membuka lahan perkebunan atau pertanian. Konsesi logging sejumlah 36.068 hektare. Contoh di Indonesia: di Papua, dominan karena industri penebangan kayu dan Sumatera dan Kalimantan, dominan karena perluasan sawit dan kebakaran hutan (El Niño).
Keenam, Urbanisasi dan Pertumbuhan Populasi seiring meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal, fasilitas, dan kawasan ekonomi. Ketujuh, Faktor Ekonomi dan Kebijakan yang tidak mendukung konservasi, insentif ekonomi untuk konversi lahan, dan tekanan ekonomi pada masyarakat lokal.
Dari ketujuh penyebab di atas, Pemerintah Indonesia terdesak atas kerusakan yang terjadi sehingga Presiden Prabowo Subianto berkomitmen menyumbang sebesar 1 miliar dolar AS (sekitar Rp16,62 triliun) ke Tropical Forest Forever Fund (TFFF) untuk mendukung konservasi hutan tropis global. Komitmen ini disampaikan oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) di Belem, Brasil.
TFFF merupakan dana abadi yang akan diinvestasikan di pasar keuangan global dan imbal hasilnya disalurkan kepada negara-negara yang memiliki hutan tropis dalam rangka konservasi. Inisiatif ini juga mendapat dukungan dari sejumlah negara lain, termasuk Norwegia yang berjanji menyumbang 3 miliar dolar AS dalam kurun 10 tahun.
Selain itu, Presiden Prabowo juga telah menyerahkan 90.000 hektare lahan hutan tanaman industri (HTI) di Aceh untuk perlindungan gajah. Langkah ini diambil setelah Prabowo menerima surat dari Raja Charles III, yang merupakan pembina WWF (World Wildlife Fund).
Presiden Prabowo awalnya ditawari untuk menyerahkan 10.000 hektare lahan, namun justru memutuskan untuk memberikan 90.000 hektare. Ia hanya menyisakan 8.000 hektare dari total 90.000 hektare lahan yang dikelolanya.
Keputusan ini diambil karena Prabowo Subianto berkomitmen mendukung upaya konservasi gajah Sumatera, yang populasinya semakin terbatas. Ia juga berjanji untuk memberikan perhatian khusus ke kawasan konservasi Way Kambas di Lampung. Kebijakan ini dinilai sebagai langkah besar dalam menjaga keberlanjutan spesies gajah Sumatera yang kini terancam punah.
Penyerahan lahan ini sebagai langkah luar biasa, namun mengingatkan bahwa efektivitas konservasi tetap bergantung pada kepastian status lahan dan kesesuaian habitat. Tapi tantangan terbesarnya memang status lahan yang sering tumpang tindih dengan kebun sawit, tambang, dan permukiman masyarakat.
Pentingnya melibatkan masyarakat lokal dan LSM dalam proses konservasi, serta dukungan dari organisasi seperti WWF. Tetapi, terbatasnya anggaran pemerintah untuk konservasi gajah agar menjadi tanggung jawab bersama.
Komitmen Prabowo Dinginkan Bumi
Komitmen Presiden Prabowo terhadap lingkungan mencakup penekanan pada kedaulatan pangan dan energi bersih melalui transisi energi terbarukan, menjadikan Indonesia pusat solusi krisis iklim global, serta fokus pada pengelolaan sampah menjadi energi (Waste-to-Energy), perlindungan hutan dan sungai, dan konservasi alam, meskipun ada pandangan yang menyoroti perlunya konsistensi kebijakan seperti isu lahan sawit.
Presiden Prabowo mempromosikan pembangunan berkelanjutan dengan menginstruksikan percepatan penanganan sampah dan diversifikasi energi, serta menegaskan peran Indonesia di forum internasional terkait isu lingkungan.
Poin-poin utama atas komitmen terhadap lingkungan dan konservasi, maka Presiden Prabowo Subianto melakukan terobosan penting dalam kebijakannya, seperti Pertama, mendorong percepatan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada energi impor, serta memperkuat ketahanan energi domestik.
Kedua, Kedaulatan pangan yang menekankan pentingnya ketahanan pangan sebagai bagian dari solusi krisis global, dengan target jadikan Indonesia lumbung pangan dunia. Ketiga, Pengelolaan sampah: Menginstruksikan percepatan penanganan sampah melalui skema hulu-hilir dan konversi sampah menjadi energi (Waste-to-Energy) di berbagai daerah.
Keempat, Konservasi Alam: Menegaskan perlindungan hutan dan sungai, serta meninjau ulang izin pertambangan di kawasan konservasi seperti Raja Ampat untuk menjaga keanekaragaman hayati. Kelima, Mitigasi dan adaptasi krisis iklim dengan prioritas kebijakan berbasis data untuk antisipasi dampak perubahan iklim ekstrem dan memperkuat ketahanan ekologis nasional.
Keenam, Posisi Global: promosikan Indonesia sebagai pusat solusi krisis iklim di kancah internasional melalui forum-forum seperti G20 dan BRICS.
Tantangan dan Catatan
Beberapa analis dan riset (dari Mongabay dan Celios) mengkritisi inkonsistensi antara retorika komitmen dengan data lapangan, seperti penurunan luas sawah dan target energi terbarukan yang dinilai mundur. Ada pertanyaan mengenai konsistensi kebijakan, khususnya terkait dukungan di masa lalu terhadap perluasan lahan kelapa sawit versus komitmen lindungi hutan saat ini.
Secara keseluruhan, komitmen Presiden Prabowo adalah memperkuat ketahanan lingkungan Indonesia dengan fokus pada energi bersih, pangan, dan pengelolaan sampah, sambil meningkatkan posisi Indonesia dalam diplomasi lingkungan global.
Rusdianto Samawa
Ketua Asosiasi Nelayan Lobster Indonesia (ANLI), aktivis nelayan aktif di Front Nelayan Indonesia (FNI)

