Jakarta, CNN Indonesia —
Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Gorontalo, Rachmat Gobel, menilai tanda-tanda kemajuan Gorontalo mulai terlihat dan memberi harapan bagi pembangunan daerah ke depan. Ia menyampaikan keyakinan tersebut saat membuka Seminar Nasional Akselerasi Pembangunan dan Kemakmuran Gorontalo di Grand Palace Convention Center, Gorontalo, Senin (15/12).
Dalam forum yang dihadiri pejabat daerah, akademisi, anggota DPRD, tokoh masyarakat, serta mahasiswa itu, Gobel menyampaikan bahwa Gorontalo memiliki peluang besar untuk bergerak maju apabila seluruh elemen mampu menjaga persatuan dan menempatkan kepentingan daerah di atas perbedaan politik.
Menurutnya, arah kemajuan mulai tampak dari berbagai inisiatif pembangunan strategis yang tengah berjalan. Kemajuan tersebut salah satunya ditopang oleh hadirnya proyek-proyek berskala besar yang dinilai memiliki dampak jangka panjang bagi perekonomian daerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangunan Bendungan Bulango Ulu di Kabupaten Bone Bolango, misalnya, diharapkan mampu mengurangi risiko banjir, memperkuat irigasi pertanian, mendukung pembangkit energi, serta mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi baru, termasuk pariwisata.
Di sisi lain, pembangunan Pelabuhan Internasional Anggrek dan Kawasan Ekonomi Khusus Pangan di Gorontalo Utara diproyeksikan membuka akses industri pengolahan pangan sekaligus memperluas peluang ekspor. Sementara itu, rencana pengembangan industri pengolahan tambang emas di Pohuwato dinilai berpotensi menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan sektor usaha lokal.
“Semuanya akan menyerap tenaga kerja yang besar, menggerakkan UMKM, dan memberikan efek berantai serta hadirnya investasi ekonomi,” katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (16/12).
Gobel menekankan bahwa manfaat pembangunan akan lebih optimal apabila didukung oleh perubahan pola kerja birokrasi. Oleh karena itu, ia mendorong aparatur pemerintah daerah untuk mengembangkan pendekatan biropreneurship, yakni cara kerja birokrasi yang berorientasi pada hasil, manfaat, dan dampak nyata bagi masyarakat.
“Yaitu dari setiap pengeluaran anggaran harus mempertimbangkan output dan outcome. Sehingga anggaran bukan sekadar untuk dihabiskan, tapi lihat apa manfaatnya,” imbuh dia.
Seminar nasional tersebut juga menjadi ruang refleksi atas perjalanan 25 tahun Provinsi Gorontalo. Sejumlah pembicara menyoroti bahwa hingga kini Gorontalo masih menghadapi tantangan struktural, terutama tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia dibandingkan daerah lain di Indonesia.
Ekonom Sunarsip menilai struktur ekonomi Gorontalo belum banyak berubah dan masih bergantung pada konsumsi domestik serta belanja pemerintah daerah. Ia mendorong pemerintah daerah untuk lebih agresif menarik investasi swasta dan mempercepat industrialisasi berbasis pertanian, perikanan, dan perkebunan agar Gorontalo tidak terus bergantung pada ekonomi ekstraktif.
Pandangan serupa disampaikan Kepala Bank Indonesia Perwakilan Gorontalo, Bambang Satya Permana. Menurutnya, peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan harus menjadi prioritas, seiring dengan dorongan transformasi, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor.
“Investasi harus menjadi motor pertumbuhan ekonomi dan industri pengolahan harus didorong dengan kuat,” tegas dia.
Guru Besar Ekonomi Universitas Negeri Gorontalo, Muhammad Amier Arham, menambahkan bahwa meskipun nilai APBD Gorontalo terus meningkat, penurunan angka kemiskinan berjalan lambat dan ketimpangan justru cenderung melebar.
Ia mencatat kenaikan rasio gini dalam dua dekade terakhir serta gejala deindustrialisasi yang ditandai dengan meningkatnya peran sektor pertanian dan melemahnya sektor industri. Kondisi tersebut, menurutnya, menunjukkan perlunya transformasi ekonomi dan penguatan hilirisasi komoditas agar nilai tambah dapat dinikmati lebih luas oleh masyarakat.
Diskusi juga menyinggung faktor sosial dan kelembagaan yang memengaruhi pembangunan daerah. Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, Sun Biki, menilai bahwa konsistensi kebijakan, kekompakan elite, serta keberpihakan pada penguatan pendidikan menjadi kunci untuk keluar dari jebakan kemiskinan.
Data yang disampaikan menunjukkan adanya keterkaitan kuat antara tingkat partisipasi pendidikan, khususnya pada jenjang menengah dan tinggi, dengan tingkat kemiskinan di Gorontalo. Karena itu, ia menyarankan agar pemda memberikan beasiswa pendidikan, selain beasiswa dari pemerintah pusat.
(rir)

