Rabu sore, 17 Desember 2025, menjadi saksi. Indonesia mengunci tiga medali emas sekaligus. Tiga hari sebelumnya, Minggu 14 Desember, emas pertama sudah diamankan dari nomor beregu putra. Total empat emas. Target terpenuhi.
Di balik panen emas itu, ada duet komando yang bekerja senyap tapi mematikan. Presiden Prabowo Subianto dan Irjen Nunung Syaifuddin.
Prabowo, Ketua Umum PB Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), menjadi arsitek besar. Nunung, Wakil Kepala Bareskrim Polri, turun langsung sebagai manajer tim. Satu di menara kebijakan, satu di garis depan arena.
Empat emas bukan hasil kebetulan. Ini buah kepemimpinan panjang dan konsisten. Di tangan Prabowo, silat tak sekadar olahraga. Ia dijaga sebagai warisan budaya, identitas bangsa, sekaligus mesin prestasi. Dari nasional sampai internasional.
Prabowo juga memegang kendali dunia persilatan: Ketua Umum Persilat sekaligus Presiden IPSF. Posisi strategis yang membuat Indonesia tak sekadar ikut, tapi menentukan arah. Target empat emas di SEA Games ditetapkan dari Jakarta. Ambisius, tapi realistis.
Di lapangan, Irjen Nunung jadi eksekutor. Disiplin, tegas, tapi membumi. Para atlet menyebutnya bukan cuma manajer. Ia pelatih mental. Motivator. “Latihan keras harus ditopang mental juara,” pesan yang terus diulangnya. Hasilnya? Bicara sendiri.
Emas pertama datang dari nomor seni beregu putra. Andika Dhanireksa, Rano Slamet Nugraha, dan Asep Yuldan Sani tampil nyaris sempurna. Skor 9,965. Juri tak berkutik.
Emas kedua disabet Muhammad Zaki Zikrillah Prasong, yang melaju lewat walkover usai lawan dari Thailand mundur. Emas ketiga hadir dari Safira Dwi Meilani di kelas B putri. Puncaknya, Tito Hendra Cipta mengamankan emas keempat di kelas E putra lewat permainan agresif dan kontrol emosi kelas juara.
Di pinggir arena, Nunung berdiri tanpa atribut jenderal. Lebih mirip pelatih lama: tahu kapan menekan, kapan memberi napas. Sementara di Jakarta, laporan kemenangan tiba satu per satu di meja PB IPSI.
Tak ada pesta berlebihan. Pesannya singkat: bersiap untuk Asian Games.
Empat emas ini menegaskan satu hal: struktur kepemimpinan IPSI bekerja. Dari kebijakan hingga eksekusi. Silat kembali jadi andalan Merah Putih di SEA Games.
Bagi para pesilat, emas bukan sekadar medali. Ia bukti fondasi yang dibangun puluhan tahun masih kokoh. Kolaborasi Prabowo sebagai panglima kebijakan dan Irjen Nunung sebagai komandan lapangan melahirkan hasil nyata.
Bangkok kembali mendengar Indonesia Raya. Dan pencak silat datang bukan sekadar bertanding. Ia datang membawa pesan: Indonesia masih penguasa Asia Tenggara.

