Close Menu
IDCORNER.CO.ID

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    John Herdman Panggil 9 Pemain Naturalisasi Tambahan ke Timnas Indonesia demi Bersinar di Piala Asia 2027? : Okezone Bola

    December 28, 2025

    Prediksi Cardiff City vs Stevenage, 30 Desember 2025 League One

    December 28, 2025

    Hasil Liga Italia 2025-2026 Semalam: Atalanta vs Inter Milan 0-1, Bologna vs Sassuolo 1-1 : Okezone Bola

    December 28, 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    IDCORNER.CO.IDIDCORNER.CO.ID
    • Homepage
    • Berita Nasional
    • Berita Teknologi
    • Berita Hoaks
    • Berita Dunia
    • Berita Olahraga
    • Program Presiden
    • Berita Pramuka
    IDCORNER.CO.ID
    Home»Berita Nasional»Ketika Hukum Jadi Alat Pencitraan

    Ketika Hukum Jadi Alat Pencitraan

    PewartaIDBy PewartaIDDecember 28, 2025No Comments2 Mins Read
    Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Reddit Telegram Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email




    Namun di balik seremoni itu, terdapat sejumlah persoalan serius yang patut dikritisi secara jernih dan tegas.

    Pertama, dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, dituntut jarak yang jelas antara kekuasaan politik dengan penegakan hukum. 

    Kejaksaan Agung, meskipun berada dalam rumpun eksekutif, dalam menjalankan tugasnya harus bebas dari pengaruh politik praktis. 


    Ketika Presiden hadir langsung dalam momen yang berkaitan dengan perkara hukum, muncul risiko persepsi bahwa proses penegakan hukum tidak sepenuhnya berdiri di atas independensi, melainkan berada dalam bayang-bayang legitimasi kekuasaan. 

    Kedua, penegakan hukum direduksi menjadi seremoni. Pemulihan aset negara memang penting, tetapi hukum pidana korupsi tidak berhenti pada angka triliunan rupiah yang terlihat di depan kamera. 

    Publik dapat bertanya, apakah seluruh aktor utama telah dimintai pertanggungjawaban? Apakah proses hukum berlangsung transparan, konsisten, dan tanpa kompromi? 

    Bagaimana dengan Silfester Matutina yang tidak juga ditangkap meskipun sudah ada putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap? Ketika fokus dipindahkan ke seremoni penyerahan uang, substansi penegakan hukum yakni keadilan, efek jera, dan pembenahan sistem, berisiko tenggelam.

    Ketiga, kehadiran Menteri Pertahanan dalam agenda penegakan hukum sipil dapat menimbulkan tafsir keliru. Tidak ada urgensi konstitusional yang menjelaskan mengapa urusan pemulihan aset korupsi perlu disertai figur Menteri Pertahanan. 

    Di negara demokratis, simbol militer atau pertahanan justru harus dijauhkan dari urusan penegakan hukum sipil, agar tidak tercipta kesan bahwa negara bergerak dengan logika kekuasaan, bukan supremasi hukum.

    Keempat, peristiwa ini mencerminkan kecenderungan populisme hukum. Hukum dipakai sebagai panggung legitimasi politik. Penegakan hukum seolah baru dianggap bernilai ketika disaksikan langsung oleh Presiden. 

    Padahal, ukuran keberhasilan pemberantasan korupsi bukanlah kehadiran kepala negara, melainkan konsistensi sistem, bahkan ketika tidak ada kamera, tidak ada pidato, dan tidak ada seremoni.

    Kelima, pesan yang salah kepada aparat penegak hukum. Jika simbol politik menjadi bagian dari proses hukum, aparat berpotensi membaca sinyal bahwa perkara besar harus “selaras” dengan narasi kekuasaan. 

    Hal ini bertentangan dengan prinsip kesetaraan di depan hukum, yang menuntut agar hukum bekerja dalam dingin, sunyi, dan mandiri, bukan demonstratif.

    Kritik ini bukan penolakan terhadap agenda pemberantasan korupsi, melainkan peringatan keras agar negara tidak menjadikan hukum sebagai alat pencitraan. 

    Presiden tidak perlu hadir di ruang-ruang penegakan hukum untuk menunjukkan komitmen. Justru dengan menjaga jarak, menjamin independensi, dan memastikan sistem berfungsi tanpa intervensi secara simbolik, komitmen itu akan jauh lebih bermakna. Terkait hal ini Presiden Prabowo sebaiknya meneladani Jokowi.

    Dalam negara hukum, keadilan tidak memerlukan panggung. Ia hanya membutuhkan keberanian untuk konsisten, bahkan ketika tidak disaksikan siapa pun.

    Hamdi Putra
    Forum Sipil Bersuara (FORSIBER) 





    Source link

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    PewartaID

    Related Posts

    Peran Besar Agama Kristen di Benua Eropa

    December 28, 2025

    Aksi Seksi Ayu Aulia Disorot Usai Jadi Tim Kreatif GBN

    December 28, 2025

    305 Ribu Penumpang Nyeberang ke Jawa Selama Periode Natal 2025

    December 28, 2025

    Leave A Reply Cancel Reply

    Demo
    Don't Miss

    John Herdman Panggil 9 Pemain Naturalisasi Tambahan ke Timnas Indonesia demi Bersinar di Piala Asia 2027? : Okezone Bola

    Program Presiden December 28, 2025

    Ramdani Bur , Jurnalis-Senin, 29 Desember 2025 |05:24 WIB John Herdman berpotensi panggil 9 pemain naturalisasi…

    Prediksi Cardiff City vs Stevenage, 30 Desember 2025 League One

    December 28, 2025

    Hasil Liga Italia 2025-2026 Semalam: Atalanta vs Inter Milan 0-1, Bologna vs Sassuolo 1-1 : Okezone Bola

    December 28, 2025

    Barcelona dan Madrid Ikut Pantau Branimir Mlacic, Inter Pantang Disalip

    December 28, 2025
    Stay In Touch
    • Facebook
    • Twitter
    • Pinterest
    • Instagram
    • YouTube
    • Vimeo
    Our Picks

    John Herdman Panggil 9 Pemain Naturalisasi Tambahan ke Timnas Indonesia demi Bersinar di Piala Asia 2027? : Okezone Bola

    December 28, 2025

    Prediksi Cardiff City vs Stevenage, 30 Desember 2025 League One

    December 28, 2025

    Hasil Liga Italia 2025-2026 Semalam: Atalanta vs Inter Milan 0-1, Bologna vs Sassuolo 1-1 : Okezone Bola

    December 28, 2025

    Barcelona dan Madrid Ikut Pantau Branimir Mlacic, Inter Pantang Disalip

    December 28, 2025

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from SmartMag about art & design.

    Demo
    © 2025 ID Corner News

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.