Jakarta –
Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon menghadiri Malam Anugerah Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 yang berlangsung di Graha Utama Gedung A Lantai 3 Kementerian Kebudayaan. Acara ini kembali digelar untuk menjaga ekosistem sastra di Indonesia meski sempat terhenti di tahun 2021.
Dalam pidatonya, Fadli menegaskan acara ini merupakan wujud komitmen pemerintah untuk terus memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
“Dengan kehadiran Kementerian Kebudayaan yang kini berdiri sendiri, merupakan komitmen dari Bapak Presiden Prabowo Subianto yang ingin menjadikan kebudayaan sebagai fondasi pembangunan bangsa,” ujar Fadli dalam keterangan tertulis, Minggu (29/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kusala Sastra Khatulistiwa merupakan agenda penghargaan kesusastraan Indonesia yang dihelat oleh Yayasan Richard Oh Kusala Indonesia (YRKI) untuk mengapresiasi pelaku sastra di Indonesia. Tahun ini, penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2025 dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kumpulan cerpen, novel serta kumpulan puisi.
Adapun daftar untuk kategori cerpen antara lain, Akhir Sang Gajah di Bukit Kupu-kupu karya Sasti Gotama; Cerobong Tua Terus Mendera karya Raudal Tanjung Banua; Iblis Tanah Suci karya Arianto Adipurwanto; Kebun Jagal karya Putra Hidayatullah. Kemudian, Keluarga Oriente karya Armin Bell; Mei Salon karya lin Farliani; Musik Akhir Zaman karya Kiki Sulistyo; Musim di Rambut Ibu karya Mashdar Zainal; Pelayaran Terakhir karya Anggit Rizkianto; dan Pengetahuan Baru Umat Manusia karya Ken Hanggara.
Sementara untuk kategori puisi, yakni CICA karya Cyntha Hariadi; Dengung Tanah Goyah karya lyut Fitra; Ekphrasis karya Tan Lioe le; Hantu Padang karya Esha Tegar Putra; Hidup Tetap Berjalan dan Kita Telah Lupa Alasannya karya lbe S. Palogai; Jejak Lintasan karya Raudal Tanjung Banua. Kemudian, Nyawa, Tinggallah Sejenak Lebih Lama karya Pranita Dewi; Selamat Malam, Kawan! karya Muhaimin Nurrizqy; Syekh Siti Jenar dan Sepinggan Puisi dalam Kobaran Api karya Syaiful Alim; dan Tilas Genosida karya A. Muttaqin.
Selanjutnya untuk kategori novel, terdapat Ajengan Anjing karya Ridwan Malik; BEK: Sebuah Novel karya Mahfud Ikhwan; Duri dan Kutuk karya Cicilia Oday; Ingatan lkan-ikan karya Sasti Gotama; Inyik Balang karya Andre Septiawan. Kemudian, Mari Pergi Lebih Jauh karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie; Matthes karya Alan TH; Oni Jouska karya Asep Ardian; Paya Nie: Sebuah Novel karya lda Fitri; dan Taksi Malam karya T. Agus Khaidir.
Berdasarkan daftar tersebut, kategori puisi dimenangkan oleh Esha Tegar Putra atas karyanya yang bertajuk ‘Hantu Padang’. Penghargaan untuk kategori cerpen jatuh kepada ‘Akhir Sang Gajah di Bukit Kupu-kupu’ karya Sasti Gotama. Sementara penghargaan kategori novel diberikan kepada Cicilia Oda atas karyanya berjudul ‘Duri dan Kutuk’.
Pada kesempatan ini, Fadli memberikan selamat pada para pemenang dan nominator, serta Richard Oh Kusala Indonesia selaku penyelenggara acara. Ia berpesan agar tidak kenal lelah dalam memajukan sastra di dunia.
“Tentu melalui kerja kolaboratif, kerja sama, sinergi antara Kementerian Kebudayaan dengan komunitas dan pegiat sastra dengan para penulis,” ucapnya.
Fadli mengungkapkan Kusala Sastra Khatulistiwa bukan hanya menjadi ajang penghargaan bagi pegiat sastra di Indonesia, namun juga langkah untuk menumbuhkembangkan minat karya sastra yang berkualitas. Hal itu sejalan dengan komitmen Kemenbud untuk menguatkan ekosistem dan diplomasi kebudayaan melalui sastra.
Adapun saat ini terdapat pembelian buku pemenang senilai Rp25 juta yang akan didistribusikan untuk sekolah, komunitas, perpustakaan, serta taman baca masyarakat, agar sastra dapat dijangkau mudah oleh seluruh kalangan.
Pada tahun 2025, Kemenbud Kebudayaan berencana melaksanakan delapan program, di antaranya Laboratorium Penerjemah Sastra, Laboratorium Promotor Sastra, Penerjemahan Karya Sastra, Penguatan Festival Sastra, Penguatan Komunitas Sastra, Manajemen Talenta Nasional Bidang Sastra, Pengembangan Sastra Berbasis IP, dan Promosi Sastra di dunia internasional.
“Ini suatu perintah konstitusi yang sangat jelas dan kemudian tentu dielaborasi kembali oleh Undang-Undang No. 5 tahun 2017,” tambah Fadli.
Di akhir sambutannya, Fadli berharap sastra Indonesia dapat berkembang di kancah internasional dengan menekankan peran penerjemahan. “Karena itulah, kepentingan kebudayaan bermaksud untuk menerjemahkan banyak karya-karya sastra Indonesia dari yang klasik, supaya ada continuity,” ungkapnya.
Senada, Ketua YRKI, Pratiwi Juliani berharap anugerah sastra ini dapat memajukan sastra Indonesia. “Besar harapan kami agar apresiasi ini mampu memberikan dampak positif,” papar Pratiwi.
Sementara itu Wakil Menteri Komunikasi dan Digital sekaligus kurator Kusala Sastra Khatulistiwa 2025, Nezar Patria menyampaikan pentingnya memajukan kebudayaan lewat sastra. “Berfokus pada ekosistem budaya berarti memberikan perhatian, dorongan, dan penguatan setiap unsur yang menopangnya,” pungkas Nezar.
Sebagai informasi, turut hadir dalam acara ini antara lain, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital sekaligus kurator kegiatan Kusala Sastra Khatulistiwa 2025, Nezar Patria; Staf Khusus Menteri Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional, Annisa Rengganis; Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsu Rijal; serta Ketua Yayasan Richard Oh Indonesia, Pratiwi Juliani.
Tonton juga Video: Langkah Menbud Fadli Zon Perkuat Karya Sastra Indonesia
(akd/akd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini