Jakarta

    Kementerian Luar Negeri (Kemlu) melibatkan perwakilan Indonesia di Maputo, Roma, Dubai dan London untuk membantu 9 anak buah kapal atau ABK asal Indonesia yang telah terjebak dalam kapal di perairan Mozambik selama 10 bulan. Kemlu berupaya segera memulangkan para WNI tersebut.

    “Koordinasi intensif terus dilakukan Kemlu dengan perwakilan RI di Maputo, Roma, Dubai dan London untuk mendorong penyelesaian kasus 9 awak kapal WNI yang mengalami masalah di Pelabuhan Beira, Mozambique,” kata Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia Kemlu, Judha Nugraha, kepada wartawan, Rabu (20/8/2025).

    Judha menyebut koordinasi melibatkan KBRI Roma, di mana pemilik kapal terdaftar, KJRI Dubai di mana kontrak kerja ditandatangani dengan perusahaan yang terdaftar di UEA serta KBRI London yang menangani kerja sama Indonesia dengan IMO (International Maritime Organization).


    SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



    “Berdasarkan koordinasi tersebut, pihak pemilik kapal menginformasikan bahwa saat ini sedang dalam proses rekrutmen kru pengganti. Sesuai ketentuan, kapal tidak dapat ditinggalkan tanpa awak demi keselamatan jalur pelayaran,” ucapnya.




    Dia mengatakan KBRI Maputo di Mozambik telah memberikan bantuan logistik untuk sembilan ABK WNI di Pelabuhan Beira. Menurut Judha, kasus ini juga sudah masuk dalam IMO ILO Seafarers Abandonment Cases.

    “Sebelumnya di forum multilateral, Indonesia menjadi co-sponsor bersama Tiongkok dan Filipina dalam menyusun IMO Guidelines for Port State and Flag State on How to Deal with Abandonment of Seafarer. Guideline tersebut disepakati IMO pada tahun 2023 yang secara spesifik ditujukan untuk mengatasi kasus penelantaran awak kapal,” ujarnya.

    9 ABK WNI Terjebat 10 Bulan dalam Kapal di Mozambik

    Sembilan ABK asal Indonesia dikabarkan dalam kondisi terlantar di perairan Mozambik, tepatnya di Beira Anchorage. Para ABK tersebut telah berada di kapal Gas Falcon kurang lebih selama 10 bulan.

    “Kami sudah 10 di Beira, Mozambik berlabuh dan kami bekerja selama 8 bulan belum dibayar gaji kami oleh pihak owner atau pemilik kapal dari negara Italia,” kata salah satu ABK, Jefrison Nainggolan, saat dihubungi, Sabtu (16/8).

    Jefrison mengatakan mulanya para ABK berangkat pada 7 Oktober 2024 dari Jakarta menuju Mozambik. Mereka tiba di Mozambik pada 24 Oktober 2024.

    Mereka lalu melakukan bongkar muatan. Namun, dia mengatakan pihak otoritas maritim menaiki kapal dan menahan dokumen serta ijazah para ABK.

    “Lalu kami selesai bongkar, kami kembali lagi ke tanker, dan ikut dua orang polisi mengawal, menjaga kami di kapal. Kami mendapatkan informasi bahwa kapal ini sedang ditangkap oleh Pengadilan Mozambik,” jelasnya.

    Dubes RI di Mozambik, Kartika Candra Negara, buka suara mengenai kondisi sembilan ABK yang terlantar di perairan Mozambik. Candra mengatakan pihaknya telah berupaya membantu para ABK tersebut.

    “Sudah kami bantu tangani sejak sekitar Januari. Alhamdulillah secara fisik semua sehat. Tapi semua harus banyak bersabar, karena mereka sudah sejak Oktober berada di atas kapal yang tak bergerak. Sejak Januari mereka juga belum menerima gaji, sehingga keluarga mereka di rumah juga mengalami kesulitan keuangan,” jelasnya.

    Dia menjelaskan kapal tanker para ABK berada sekitar 4 mil dari Pelabuhan Beira. Dia mengatakan kapal tersebut tidak boleh bergerak lantaran status dan isinya disita oleh Mahkamah Maritim Sofala.

    Halaman 2 dari 2

    (fas/haf)







    Source link

    Share.