MOTHERCARE memang menjadi salah satu brand bayi yang kualitas dari produknya sudah tidak perlu diragukan lagi. Tentu saja mengelola perusahaan sebesar itu tidaklah mudah dan penuh tantangan.

Adalah Ingga Gloriana, selaku General Manager Mothercare Indonesia, menjadi salah satu orang dibalik segala kerepotan yang ada di MotherCare. Nah, beberapa waktu lalu Okezone berkesempatan berkenalan lebih dekat dengan ibu 2 anak ini.

Memulai pendidikan di Universitas Padjadjaran jurusan Kimia, perempuan ini kemudian melanjutkan Kuliah di UNPAR dengan mengambil jurusan Teknik Sipil. Sayangnya, setelah lulus Ingga belum mendapatkan lowongan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya.

Ingga pun memilih untuk menjajal di perusahaan kecantikan dan fashion, sebuah passion SMA yang sempat dia tinggalkan. Dia pun memilih AVON cosmetic, sebagai tempat berlabuh pertama sebelum akhirnya pindah ke Sari Ayu.

Setelah itu, dia pun pindah ke sebuah perusahaan kosmetik lokal Ristra, lalu ke MakeupStore sebuah perusahaan kosmetik franchise dari Swedia. Setelahnya, dia pun kembali ke perusahaan kosmetik lokal asal Surabaya bernama Victory.

Kariernya pun semakin melejit setelah dia bergabung dengan Sophie Martin. Igga berada di Sophie Martin cukup lama, sebelum akhirnya pindah ke JAFRA, lalu ke Mustika Ratu dan kini berlabuh di MotherCare. Meski sudah berpindah-pindah dengan banyak pengalaman, Ingga mengaku belum memiliki rencana untuk pensiun dalam waktu dekat.

“Saya masih enjoy. Dulu pernah kepikiran (pensiun) setelah punya anak kedua saya mau off, mau ngurusin anak saja. Tapi jalan 3 bulan ada yang nawarin, saya kepengen nyoba lagi,” tuturnya kepada Okezone.

Ketika ditanyakan tempat bekerja paling pun Ingga tidak bisa memberikan jawaban. Menurutnya, bukan kenyamanan yang dicari dalam bekerja tapi apa legacy yang dihadirkan ketika bekerja di tempat tersebut.

“Di Avon misalnya, saya bersaing dengan Sari Ayu dalam hal lipstik, kita dapet penghargaan top of mind lipstik, padahal Sari Ayu jauh lebih masif,” kata dia.

“Kalau di Sari Ayu saya launching putih langsat, sampai sekarang produk itu pun masih jadi backbone padahal sudah 16 tahun yang lalu saya launch,” tambahnya.

Sementara untuk di makeupstore, dia mengaku belajar mengelola seperti perusahaan miliknya sendiri, lantaran ownernya yang tidak berada di Indonesia. Di situ, dia belajar bukan hanya marketing, tapi juga mengurusi impor barang dan cashflow. “Jadi kayak punya kita sendiri,” tutur Ingga.

Di Sophie Martin dia pun pernah menddapat penghargaan social marketing, setelah berhasil meluncurkan parfum yang bekerja salama dengan noah. Peluncuran ini pun cukup gambling lantaran Ariel baru saja keluar dari penjara sehingga tidak ada jaminan bahwa produk tersebut akan menarik.

Hanya saja, menurutnya dengan kebiasaan orang Indonesia yang pemaaf maka produk tersebut bisa laku keras. “Ternyata fansnya masih banyak, jadi bukan ibu-ibu doang yang tertarik Sophie Martin. Dulu itu parfum dijual dengan harga Rp250 ribu, pelucuran perdana sudah laku 4.000 unit,” papar Ingga.

Dia melanjutkan, setelah kehadirannya Sophie Martin yang awalnya terkenal karena tas, kini sudah memiliki lini kosmetik. “Jadi pada saat saya masuk kosmetik bukan pelengkap lagi malah door opening, menawarkannya malah dari kosmetik dulu, itu lebih mudah dari kosmetik dibandingkan tas. Jadi lebih mudah engage, setelah beli-beli baru tawarkan tas,” jelasnya.

“Sementara di Mustika Ratu ya tentu saja perubahan wajah, dari segi packaging, branding, terus communication, dan kolaborasi. Berusaha banget supaya bisa dekat dengan milenial,” jelas dia.

Dengan rutinitas padat tersebut tentu ada satu ritual yang tidak boleh terlupakan: ngopi. Ya, Ingga memang sangat menyukai kopi, terutama kopi pahit.

“Di kantor ada esspresso, itu bisa bolak balik. Pagi sampai kantor bikin, siang abis makan bikin, nanti sore kalau sudah pusing bikin lagi. Saya paling suka kopi hitam esspreso, tapi ditambah air jadi Americano, seperti pakai es atau air saja,” katanya.


Follow Berita Okezone di Google News


Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya

Masalah Baru

Dengan kesibukannya tersebut tentu timbul masalah baru, terutama ketika anaknya kini sudah beranjak remaja dan dewasa. Kini, anak perempuannya sudah menginjak usia 21 tahun dengan anak lelakinya memasuki usia 16 tahun.

Tentu saja seperti kekhawatiran orang tua pada umumnya, dia harus menghadapi anaknya yang kini sudah menatap masa depan memiliki keluarga sendiri. Apalagi kini dia telah menjadi single parents.

Oleh karenanya, dia pun meminta pada anak perempuannya tidak usah terlalu cepat dalam menjalin hubungan. “Karena belum tentu jadi. Nanti kalau sudah siap baru berkomitmen,” katanya.

“Kita ingin dia lebih baik dari kita, kita berdoa saja dia dapat temen yang baik, jodoh yang baik. Baiknya dia penuhi kemauan dia dulu sebelum terikat dengan orang lain dan akhirnya menikah lah,” tambah Ingga.

Meski begitu, Ingga tidak menutupi atau membatasi pergaulan anaknya tersebut. Dia pun hanya memberikan gambaran jika pergaulan A impactnya seperti ini, pergaulan B seperti ini. “Ibu juga dulu kan muda bergaul juga, tapi ya itu ada batasannya. Saya suruh aja nonton film 2 garis biru,” paparnya.

Kilas balik ke belakangan, Ingga sebenarnya ingin memiliki tiga anak sehingga ketika semua anaknya sudah dewasa, dia masih ada yang menemani. Apa daya, sebelum punya anak pertama dia telah mengalami keguguran dua kali. “Jadi anak pertama itu sebenarnya anak ketiga jadi udah 2 yang gugur,” katanya.

“Yangg ketiga (anak pertama) kena tokso (Toksoplasmosis), karena suka kucing. Jadi pas kehamilan itu bolak balik tes darah segala macem, takut anaknya kenapa-kenapa, dikasih obat anti-virus sampai dia lahir,” jelas dia.

Setelah lahir anak kedua, Ingga pun mencoba kembali program anak ketiga. Sayangnya, hal ini berbarengan dengan kepindahan tempat kerajanya yang membuat dia tidak bisa lagi fokus. “Di Sophie Martin itu sibuk banget, karena harus 5 negara. Program itu 2 kali cycle itu enggak berhasil ya sudah,” bebernya.

Kini, Ingga pun memilih untuk staycation ketika ingin berlibur bersama anaknya. Penuturannya, dia dan almarhum suaminya memang dulu hobi untuk pergi ke pantai. “Tapi kalau sama anak-anak kayaknya ke anak yang ada wi-fi hotel liburan ke Bali juga lebih milih kayak ke kota hotel yang ada tempat hiburan,” ungkap Ingga.

Ingga pun juga kini juga lebih banyak menghabiskan waktu bersama kucing-kucing yang datang ke rumahnya. Menurut dia, saat ini ada tiga kucing yang mampir entah darimana ke rumahnya lalu dia pelihara.

“Ada yang sakit kayak minta ditolong jadi saya bawa ke dokter. Ada yang bayi, matanya cuma 1 mamanya enggak tahu dimana, dia dateng aja gitu ya saya pelihara, sekarang sudah 3 tahun,”

“Saya juga punya tempat makan kucing yang dispenser di halaman, karena gak mau kucing-kucing yang mampir kelaparan. Jadi ada yang datang numpang makan lalu pergi lagi. Tapi kalau yang punya saya ya memang cuma 3 itu,” pungkasnya.



Source link

Share.