JAKARTA – Aktivis HAM, Taufik Pram, salah satu penulis Buku berjudul ‘Penculikan Bukan untuk Diputihkan’ mengenang para aktivis yang menjadi korban penculikan pada 1997-1998.

    Menurutnya, tanpa perjuangan mereka, masyarakat tidak menjalani kehidupan yang seperti sekarang.




    “Tanpa perjuangan teman-teman aktivis di 97 sampai 98 itu, kita tidak mungkin kumpul-kumpul seperti ini. Terutama teman-teman wartawan, tidak mungkin bisa menjalankan kerja-kerja jurnalistik secara profesional karena terbelenggu Undang-undang Pers dan surat izin usaha penerbitan,” ujar Taufik di Sadjoe Cafe Tebet, Kamis (18/1/2024).

    Perjuangan para aktivis termasuk 13 orang yang hilang tersebut, yang sangat disayangkan belum ditangani secara serius oleh pemerintah, tidak mungkin menghasilkan pemerintahan yang saat ini dipimpin oleh rezim Presiden Joko Widodo.

    “Mohon maaf, terlebih pemerintah belum serius menangani nasib dari status 13 teman-teman aktivis yang sampai saat ini masih hilang, tanpa mereka pun, saya rasa tidak mungkin seorang Jokowi bisa menjadi Presiden seperti sekarang,” tuturnya.

    Imparsial diketahui meresmikan peluncuran buku sejarah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang terjadi khususnya pada kasus penculikan aktivis pada tahun 1997-1998. Buku berjudul ‘Penculikan Bukan untuk Diputihkan’ itu ditulis oleh aktivis HAM, Al Araf dan Taufik Pram.


    Follow Berita Okezone di Google News


    Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
    ORION, daftar sekarang dengan
    klik disini
    dan nantikan kejutan menarik lainnya

    Taufik mengatakan, buku tersebut mendapatkan referensi hanya diperoleh dari buku-buku yang ditulis Purnawirawan ABRI atau orang-orang yang berada di sekitarnya. Namun, Taufik mengatakan penyelesaian kasus hilangnya para aktivis pun dikerucutkan pada polemik argumen antar kelompok-kelompok purnawirawan ABRI tersebut.

    “Maka dari itu, sampai saat ini penyelesaian kasus penculikan aktivis 98 itu nasibnya terabaikan karena narasinya dikerucutkan pada perdebatan antar purnawirawan ABRI,” jelas Taufik.

    Peluncuran buku Penculikan Bukan untuk Diputihkan itu dihelat di Kafe Sadjoe, Tebet, Jakarta Selatan pada Rabu 18 Januari 2024. Gelaran diskusi dan bedah buku tersebut dihadiri oleh Al Araf serta Taufik Pram selaku penulis buku; istri almarhum Munir, Suciwati; Korban Penculikan 98, Petrus Hariyanto dan ayah dari Ucok korban penculikan yang belum ditemukan sampai saat ini, Paian Siahaan.



    Source link

    Share.