Jakarta

    Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Dave Laksono, menanggapi kasus pengeroyokan Prada Lucky Chepril Saputra Namo hingga tewas. Dia meminta TNI AD melakukan investigasi menyeluruh terkait kasus tersebut.

    “Komisi I DPR RI memandang serius insiden ini. Kami mendesak agar proses investigasi oleh Polisi Militer Angkatan Darat dilakukan secara transparan, objektif, dan menyeluruh. Tidak boleh ada ruang bagi praktik kekerasan dalam lingkungan militer, terlebih terhadap prajurit muda yang baru saja mengabdi,” kata Dave saat dihubungi, Kamis (14/8/2025).

    Dave juga meminta adanya reformasi internal dan pembenahan proses pembinaan prajurit. Dia menegaskan tak boleh lagi ada relasi senior-junior yang berujung pada kekerasan.


    SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

    “Kami juga meminta agar Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Darat memberikan perhatian khusus terhadap pembinaan mental dan budaya satuan, agar tidak terjadi lagi pola relasi senior-junior yang berujung pada kekerasan. Reformasi internal harus menjadi prioritas, demi menjaga marwah institusi dan keselamatan seluruh prajurit,” jelasnya.

    Dave menambahkan, kematian Prada Lucky mencederai nilai-nilai dasar institusi. Dia menyebut pihaknya akan mengawal pengusutan kasus agar berjalan secara transparan.

    “Komisi I DPR RI akan terus mengawal proses ini, termasuk melalui mekanisme pengawasan dan komunikasi intensif dengan pihak TNI. Keadilan bagi Prada Lucky adalah keadilan bagi seluruh prajurit muda Indonesia. Kami tidak akan membiarkan kasus ini berlalu tanpa pertanggungjawaban yang jelas,” ucapnya.

    Korban Dianiaya Pakai Tangan

    Tersangka kasus penyiksaan yang menyebabkan kematian Prada Lucky bertambah. Sebanyak 20 anggota TNI dari Teritorial Pembangunan 834 Wakanga Mere, Nagekeo, NTT, ditetapkan sebagai tersangka.

    Kadispenad Brigjen TNI Wahyu Yudhayana mengatakan para pelaku tersebut mengeroyok korban tanpa menggunakan alat.

    “Tidak ada alat ya, lebih kepada menggunakan anggota badan tangan ya,” ujar Brigjen TNI Wahyu Yudhayana di Mabes TNI AD, Senin (11/8).

    “(Barang bukti) Tidak ada. Artinya, tidak ada penggunaan alat tertentu itu tidak ada,” tegasnya.

    Saat ditanya apakah kejadian itu terekam CCTV atau tidak, Wahyu menyebutkan cuma ada sejumlah saksi. Saksi tersebut, katanya, membantu pengungkapan kasus ini.

    “Ada saksi. Kan sudah saya bilang tadi, ada juga beberapa personel yang survive. Itu CCTV yang paling mahal,” pungkasnya.

    (wnv/fas)



    Source link

    Share.