Jakarta

    Lahan berbatu di kawasan transmigrasi Melolo, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini disulap menjadi perkebunan tebu produktif. Transformasi ini terwujud lewat kolaborasi warga transmigrasi, masyarakat lokal, dan pabrik gula terpadu PT Muria Sumba Manis.

    Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Suryanagara menegaskan kawasan transmigrasi kini bukan sekadar pemindahan penduduk, melainkan menjadi motor industrialisasi di luar Jawa.

    “Dalam transformasi transmigrasi, tidak lagi hanya sekedar perpindahan penduduk, tetapi bagaimana industrialisasi besar-besaran di luar pulau jawa. Dengan para transmigran sebagai tenaga kerja, dengan masyarakat lokal, kawasan transmigrasi di Melolo ini punya potensi cukup besar,” ujar Iftitah dalam keterangan tertulis, Rabu (20/8/2025).


    SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

    Pernyataan itu disampaikannya saat mendampingi Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono dalam panen raya tebu di Sumba Timur, NTT, Selasa (19/8).

    Lebih lanjut Iftitah menegaskan tahun ini akan mengirim 2 tim dari perguruan tinggi ternama untuk melakukan penelitian potensi ekonomi kawasan transmigrasi Melolo. Tahun depan rencananya akan memberikan beasiswa untuk 100 mahasiswa pascasarjana.

    “Kami berencana membangun kampus patriot di sini dengan empat jurusan utama yaitu teknologi pertanian, teknik kimia, teknik mesin dan teknik elektro. Sehari-hari mereka belajar di kelas lalu berinteraksi langsung dengan masyarakat untuk mencari solusi atas persoalan lokal. Harapannya Kawasan Transmigrasi Melolo melahirkan maestro ahli industri gula, sehingga ke depan bisa jadi rujukan bagi kawasan lain di Indonesia,” tuturnya.

    Di sisi lain, AHY menegaskan Muria Sumba Manis sebagai salah satu pabrik gula terpadu terbesar di NTT menjadi elemen penting pengembangan Kawasan Transmigrasi Melolo dan wilayah setempat secara umum.

    “Bicara pertumbuhan ekonomi, pemerintah tidak mungkin sendirian. Berbicara membuka lapangan pekerjaan, pemerintah tidak bisa sendirian. Pemerintah pusat maupun daerah punya kepentingan untuk merangkul semua ‘stakeholders’, semua elemen, terutama dunia usaha,” katanya.

    Saat ini, upaya yang sedang dilakukan di Kawasan Transmigrasi Melolo adalah mengintegrasikan antara industri dengan transmigrasi. Keunggulan dari transmigrasi yaitu memiliki lahan di berbagai penjuru Tanah Air, termasuk di Sumba Timur, dan mempunyai tenaga kerja yang diharapkan menjadi modal utama dalam produksi. Adapun industri memiliki modal (capital), teknologi dan berperan sebagai off-taker dari hasil komoditas yang bisa dihadirkan di lokasi transmigrasi.

    “Industri gula di Melolo ini telah menyerap 3.500 tenaga kerja tetap, bahkan saat musim panen bisa mencapai 6.000 orang. Ini bukti nyata bahwa transmigrasi era kini dapat menjadi motor penggerak ekonomi daerah. Dengan dukungan infrastruktur, transportasi, dan teknologi, kawasan-kawasan transmigrasi bisa berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru,” jelasnya.

    Selain itu, Iftitah juga menekankan pentingnya ilmu dan teknologi serta tekad yang kuat untuk mengubah tantangan menjadi peluang.

    “Siapa sangka, di tanah berbatu, dengan perbedaan suhu ekstrim justru bisa menjadi perkebunan tebu dengan hasil yang bagus,” imbuhnya.

    Sekadar diketahui, tebu dari perkebunan Melolo memiliki rendemen (kadar gula per batang) sampai 21 persen, tiga kali lipat rata-rata rendemen nasional sebesar tujuh persen. Hadirnya investasi strategis di kawasan transmigrasi Melolo diharapkan menjadi contoh nyata.

    (akn/ega)



    Source link

    Share.