Jakarta

    Sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara Wilayah DKI Jakarta menggelar aksi demonstrasi di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Mereka ditemui oleh Stafsus Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Binbin Tresnadi.

    Binbin turun menemui massa aksi di selatan Monas, Senin (15/9/2025). Dia ikut duduk bersila bersama massa aksi sambil membahas sejumlah tuntutan yang dibawakan, termasuk reformasi TNI hingga pemberantasan korupsi .


    SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



    Dalam dialog bersama massa aksi itu, Binbin mengatakan kehadirannya atas perintah langsung dari presiden untuk mendengarkan langsung aspirasi mahasiswa. Misalnya, kata dia, soal tuntutan reformasi partai politik yang dibawakan massa aksi.

    “Kehadiran saya dan humas Kemensetneg merupakan perintah dari Presiden. Presiden menginginkan reformasi besar dalam sistem pemilu, agar pemilih tidak hanya ditentukan oleh popularitas atau modal, tapi lebih pada kapabilitas dan integritas,” ujar Binbin di tengah massa aksi.




    “Ini kan sekarang yang menang itu yang punya duit, benar nggak? Yang populer, yang artis, yang kapasitas, kapabilitasnya belum tentu,” sambung dia.

    Massa aksi datang dengan mengenakan jas almamater warna biru dongker dan oranye. Mereka membawa sejumlah atribut seperti spanduk hingga bendera BEM Nusantara.

    Salah satu spanduk utama bertuliskan ‘#TuntaskanReformasi’ dan ‘#Merdeka100%’. Di lokasi massa aksi membawa pocongan dengan kain putih, lalu dipasang tulisan ‘Matinya Demokrasi’.

    Lalu pihak kepolisian terlihat bersiaga di lokasi. Barikade besi dipasang di depan massa aksi.

    “Hari ini kami hadir bukan untuk menolak, tapi untuk mengingatkan. Pemerintah harus berpihak kepada rakyat, bukan kepada elit politik semata. Reformasi belum selesai,” ujar orator yang bernama Pier sekaligus sebagai koordinator BEM Nusantara dalam orasinya di atas mobil komando.

    Di sana, Pier menegaskan semangat aksi ini berakar dari perjuangan rakyat Indonesia sejak masa awal reformasi.

    Sebelumnya aksi massa juga sempat terjadi di kawasan yang sama pada siang hari. Mereka berasal dari kelompok Gerakan Rakyat untuk Damai (Garuda). Dalam aksinya, mereka menyerukan jangan ikut terprovokasi atau berbuat anarkis.

    Koordinator aksi Salamohoda mengatakan, sejak pertengahan Agustus lalu, banyak aksi demonstrasi lalu momen-momen ricuh di tengahnya. Katanya, banyak fasilitas publik yang rusak gara-gara perusak.

    “Aksi ini bertujuan untuk menjaga kondisivitas dengan tagline-nya aksi damai. Kami menolak segala bentuk kekerasan anarkisme yang sesuai dengan pamflet yang berada,” kata Salamohoda.

    Sementara itu, di depan DPR RI juga terjadi sebuah massa aksi. Mereka menamakan diri ‘Aktivis Pejuang Rakyat’.

    Mereka membawa sejumlah tuntutan, di antaranya menolak reformasi Polri. Bagi mereka, Polri merupakan pilar demokrasi.

    “Tujuan kami menyampaikan aspirasi ini, meng-counter isu-isu yang tersebar hari ini di media sosial, yaitu dengan hashtag Reformasi Polri. Kami tidak menolak hal itu, itu kan desakan masyarakat, tapi menurut kami menggunakan konotasi bahasa yang lebih humanis, yaitu restorasi, untuk memperkuat Polri itu sendiri,” kata koordinator Aksi Abjan Said.

    Halaman 2 dari 2

    (maa/dhn)







    Source link

    Share.