Jakarta

    Menteri Budaya (Menbud) Fadli Zon budaya bukan lagi sekadar subjek diplomasi, melainkan juga metode dan media. Bahkan amanat yang harus diemban setiap negara dalam menghadapi lanskap global yang berubah dengan cepat.

    “Indonesia ikut membawa kekayaan budaya dan pengalaman sejarah ke dalam percakapan global. Terdapat beragam tradisi, bahasa, seni, termasuk tari, musik, teater, hingga kearifan lokal dan filosofi hidup. Semua ini adalah aset kita untuk membangun persahabatan dan pemahaman di tingkat global,” tutur Fadli dalam keterangan tertulis, Rabu (13/8/2025).

    Hal ini ia katakan di kuliah umum bertajuk ‘Harmony Beyond Borders: Unlocking Potential of the Cultural Diplomacy’, di Kementerian Kebudayaan, Jakarta. Fadli Zon mengungkapkan kuliah umum ini merupakan bukti Indonesia memahami pentingnya diplomasi global.


    SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

    Fadli turut mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam diplomasi budaya. Sebab, diplomasi budaya tidak terbatas pada inisiatif pemerintah semata, melainkan peran penting yang harus dijalankan bersama-sama.

    “Saya mengajak semua orang di sini untuk tidak memandang diplomasi budaya sebagai tanggung jawab pemerintah semata, melainkan sebagai gerakan kolektif yang membangun ekosistem, di mana setiap pihak memiliki peran dan kontribusi yang unik,” ungkapnya.

    Fadli berharap kuliah umum ini dapat memberikan pemahaman mendalam tentang potensi diplomasi budaya sebagai instrumen perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.

    “Semoga diskusi kita hari ini bisa menginspirasi dan memperluas perspektif kita, sekaligus memperkuat komitmen kita untuk menjadikan diplomasi budaya sebagai bagian dari keterlibatan Indonesia dalam lanskap kebijakan luar negeri,” tutur Fadli.

    Kuliah umum yang diselenggarakan ini menghadirkan narasumber Dr. John Lenczowski, Presiden Emeritus sekaligus Rektor The Institute of World Politics. Dalam kesempatan tersebut, Lenczowski menekankan diplomasi budaya harus didasari kejelasan moral, harmoni antaragama, dan kebenaran. Sebab, itu adalah kunci keamanan dan perdamaian global.

    “Diplomasi masyarakat harus menggabungkan fungsi selain kebijakan luar negeri, seperti kebijakan informasi, propaganda, hingga diplomasi agama. Diplomasi turut membangun hubungan kepercayaan dengan pemangku kepentingan untuk hubungan yang harmonis, dan cerdas,” jelas Lenczowski.

    Kuliah umum ‘Harmony Beyond Borders’ merupakan rangkaian dari International Conference on Cultural Diplomacy 2025 yang akan dihelat 18-19 November mendatang di Depok, Jawa Barat. Konferensi tersebut merupakan wujud pengejawantahan diplomasi sebagai praktik budaya bersama guna menciptakan masa depan global yang lebih inklusif.

    Tonton juga video “Menbud Sebut Progres Penulisan Ulang Sejarah RI Sudah 90%” di sini:

    (anl/ega)



    Source link

    Share.