Jakarta –
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya balita Raya di Sukabumi karena infeksi cacing. Ia menegaskan peristiwa ini merupakan alarm nasional yang menuntut langkah cepat, terukur, dan koordinasi lintas sektor agar tidak terulang kembali.
“Pemerintah aware, tanggap, dan segera bertindak. Kasus ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa masalah gizi buruk dan penyakit yang bisa dicegah tidak boleh dibiarkan berlarut. Dengan memperkuat Posyandu, memperkuat data kesehatan, serta memperkuat pendampingan keluarga rentan, kami berkomitmen memastikan setiap anak Indonesia tumbuh sehat dan terlindungi,” kata Pratikno kepada wartawan, Kamis (21/8/2025).
Sebagai tindak lanjut, malam ini Pratikno menggelar rapat daring dengan Gubernur Jawa Barat dan dinas terkait serta para pejabat Eselon I dan Eselon II Kemenko PMK terkait isu kesehatan anak. Tujuannya adalah melakukan penggalian informasi, menyatukan pandangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Besok, Pratikno juga akan berkoorinasi dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, serta Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dalam rangka percepatan peningkatan kesehatan anak.
Pratikno menegaskan pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Diketahui, pemerintah memiliki program yang telah lama berjalan, mulai dari deworming massal sejak 1975 dengan obat cacing gratis, kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pemeriksaan kesehatan gratis di sekolah dan pesantren, hingga pendampingan bagi anak terlantar dan keluarga rentan.
Kasus di Sukabumi, kata Pratikno, menegaskan perlunya program tersebut dijalankan lebih aktif, tepat sasaran, dan menyentuh keluarga yang paling membutuhkan. Pratikno menegaskan pemerintah akan memperkuat pencegahan agar kasus serupa tak terulang.
“Pemerintah berkomitmen memperkuat pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang. Setiap anak Indonesia berhak atas masa depan yang sehat, aman, dan terlindungi,” tegasnya.
Diketahui, Raya balita 4 tahun di Sukabumi meninggal dunia dengan kondisi tubuh dipenuhi cacing. Juru bicara sekaligus dokter IGD RSUD Syamsudin, dr Irfan, menjelaskan bagaimana cacing bisa menyebar dalam tubuh Raya. Dia menduga Raya mengalami infeksi cacing.
“Saat (pasien) di IGD, tiba-tiba keluar cacing dari hidung pasien. Dari situ, kita mulai menduga ada kaitannya dengan infeksi cacing,” kata dr Irfan seperti dilansir detikJabar, Rabu (20/8).
Raya kemudian dirujuk ke ruang PICU untuk perawatan intensif. Dari pemeriksaan lanjutan, dipastikan ia terserang askariasis, penyakit akibat cacing gelang (Ascaris lumbricoides).
“Infeksi bisa terjadi ketika telur cacing tertelan, baik melalui makanan, minuman, maupun tangan yang kotor. Telur akan menetas di usus, lalu berkembang jadi larva yang bisa menyebar lewat aliran darah ke organ-organ, bahkan otak. Itu sebabnya pasien bisa tidak sadar,” jelas Irfan.
Lingkungan tempat tinggal Raya diduga memperbesar risiko infeksi. Ia tinggal di rumah panggung sederhana dengan tanah terbuka di bawahnya.
“Sepertinya pasien sering bermain di tanah tanpa alas kaki. Itu memperbesar risiko infeksi,” kata dia.
(eva/fas)