Jakarta

    Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) resmi melantik 1.323 guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk formasi guru di Sekolah Rakyat. Pelantikan berlangsung secara hybrid, dengan perwakilan guru hadir langsung di Gedung Aneka Bhakti, Kemensos, dan guru dari berbagai daerah mengikuti secara daring melalui Zoom.

    Gus Ipul mengapresiasi keterlibatan para guru yang tersebar di 100 titik Sekolah Rakyat di seluruh Indonesia. Ia memastikan para guru yang dilantik akan memperoleh hak dan tunjangan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    “Alhamdulillah baru saja kita melakukan pelantikan guru Sekolah Rakyat yang jumlahnya 1.323 dari berbagai sekolah rakyat yang tersebar di 100 titik,” ujar Gus Ipul dalam keterangan tertulis, Jumat (8/8/2025).


    SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

    Dalam pengambilan sumpah jabatan, para guru berjanji setia pada Undang-Undang Dasar 1945, menjalankan peraturan dengan penuh tanggung jawab, menjunjung etika jabatan, menjaga integritas, dan menghindari perbuatan tercela.

    Mengenai sejumlah guru yang tidak memenuhi panggilan tugas serta siswa yang memutuskan mengundurkan diri, Gus Ipul memberikan penjelasan tegas.

    “Para kepala sekolah ini dulu juga mendaftar ikut seleksi, ada komitmen, ikut pembekalan, setelah selesai mereka bertekad untuk benar-benar melaksanakan sebagai kepala sekolah rakyat. Kalau ada yang tidak memenuhi panggilan, tentu kami menghormati,” tegasnya.

    Sebagai tindak lanjut, Kementerian Sosial telah mengganti guru yang mengundurkan diri dengan pengganti baru dan memastikan proses tersebut tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.

    “Alhamdulillah, ini tadi saya dapat informasi dari Pak Sekjen (Robben Rico), per hari ini sudah terisi semua untuk menggantikan yang mengundurkan diri itu. Tapi pelantikannya nanti bersama guru-guru dari 59 titik (Sekolah Rakyat) berikutnya,” terangnya.

    Proses serupa juga diterapkan untuk siswa yang mengundurkan diri. Dari total 9.705 murid Sekolah Rakyat, sebanyak 115 orang atau 1,4 persen memilih mundur. Kemensos telah melakukan upaya persuasif kepada siswa dan orang tua, namun tetap menghormati keputusan mereka.

    “Setelah berada di sekolah, sekitar 1,4 persen siswa mengundurkan diri. Kami tentu dengan berat hati menyetujui pengunduran dirinya itu. Tapi karena itu keputusan keluarga, kami tidak bisa memaksa,” terang Gus Ipul.

    Para kepala sekolah juga menyampaikan perubahan positif yang dialami siswa. Kepala SRMA 12 Bogor, Iksan Cahyana, bersyukur menyaksikan langsung perkembangan anak didiknya setelah masa pengenalan sekolah dan matrikulasi.

    “Setiap hari kami selalu mendapat kejutan. Anak-anak yang tadinya hanya makan satu kali sehari, sekarang bisa makan tiga kali, dapat bimbingan dan tempat tidur yang layak. Mereka sering bilang, ‘Alhamdulillah’, ‘Terima kasih Wali Asuh, terima kasih Wali Asrama’,” ujarnya menirukan ucapan anak didiknya.

    Selain akademik, Sekolah Rakyat menanamkan karakter dan etika seperti menjaga kebersihan, merapikan tempat tidur, dan beribadah sesuai agama masing-masing; meski awalnya penuh drama, kini anak-anak mulai sadar semua itu demi kebaikan mereka.

    Ia menambahkan banyak anak tidak ingin pulang ke rumah karena sudah nyaman di asrama Sekolah Rakyat.

    “Banyak anak yang betah di asrama, enggak mau pulang. Artinya itulah yang kami rasakan,” imbuhnya.

    Kepala SRMP 10 Bogor, Fitri Puspitasari, menjelaskan tantangan mendampingi siswa dengan latar belakang beragam, termasuk anak dengan disabilitas intelektual.

    “Kami temukan 11 anak belum lancar baca tulis, bahkan ada dua anak dengan disabilitas intelektual. Maka guru-guru kami mendampingi satu-satu secara bergantian agar mereka tidak minder,” jelasnya.

    Kepala SRMA 13 Bekasi, Lastri Pajarwati, menyebut lingkungan asrama menjadi pembeda utama Sekolah Rakyat.

    “Di sekolah biasa hanya 8 jam, di Sekolah Rakyat 24 jam. Maka pembiasaan, keasramaan, mentoring spiritual sangat penting. Bahkan ada yang tidak mau pulang karena ingin meringankan beban orangtua dan rindu belajar,” ungkapnya.

    Lastri juga menyebut dukungan dunia usaha bagi Sekolah Rakyat, seperti bantuan dispenser air dari PT IPU yang oleh anak-anak dijuluki “dispenser unlimited” serta pelatihan jurnalistik dari wartawan. Di sekolahnya, anak-anak juga dikenalkan pada batik ciprat sebagai cara menyalurkan emosi, dengan hasil yang berbeda tergantung suasana hati, sebagai bagian dari vokasional dan terapi emosional.

    Sekolah Rakyat dirancang sebagai miniatur pengentasan kemiskinan terpadu dengan pendekatan holistik dan berkelanjutan. Saat ini, Sekolah Rakyat sudah beroperasi di 70 titik dan dalam proses penambahan menjadi 100 titik pada 15 Agustus 2025 dengan Nomor Pokok Sekolah Nasional.

    Gus Ipul berharap tata kelola program ini terus diperkuat untuk memastikan keberhasilan program yang digagas Presiden Prabowo ini.

    “Siswa-siswa sudah mulai beradaptasi bahkan mulai nyaman dengan berbagai jadwal. Semoga kedepan tata kelola kita semakin baik dan bisa memenuhi seluruh kekurangan untuk mendukung visi Presiden,” tutupnya.

    (akn/ega)



    Source link

    Share.