Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, melayat ke rumah duka Andika Lutfi Falah (16), siswa SMK yang meninggal dunia usai mengikuti demonstrasi di depan DPR RI. Arifah menegaskan pemerintah komitmen dalam melindungi anak dari segala bentuk kekerasan.
“Kami jajaran Kemen PPPA menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Andika Lutfi Falah, seorang anak bangsa dalam peristiwa demonstrasi di Jakarta pada 28 Agustus lalu. Peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita bersama untuk meningkatkan pengawasan keluarga, termasuk meningkatkan komunikasi antara orang tua dengan anak-anaknya,” kata Arifah kepada wartawan, Kamis (4/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kunjungan itu, Arifah menghargai keputusan keluarga korban yang memilih untuk tidak membawa kasus ini ke ranah hukum. Namun, Arifah menegaskan peristiwa ini harus menjadi refleksi bagi seluruh pihak.
“Kami memohon maaf atas kekurangan negara dalam melindungi anak, yang berujung pada hilangnya satu nyawa berharga anak kita. Seluruh anak Indonesia adalah anak kita bersama, mari saling bergandeng tangan dan bahu membahu agar kejadian ini tidak terulang kembali. Kami meminta agar pihak kepolisian mengedepankan pendekatan yang manusiawi dan memperhatikan keberadaan kelompok rentan, termasuk anak-anak dalam situasi kerumunan atau demonstrasi,” ucapnya.
Dia menegaskan pemerintah dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memberikan perlindungan terhadap anak serta mencegah anak berada dalam situasi rentan kekerasan sebagaimana mandat Undang-Undang Perlindungan Anak. Dia juga menggarisbawahi pentingnya peran keluarga untuk saling menjaga dan melindungi anak.
“Begitu kami melihat demonstrasi yang besar dan kami melihat banyak anak yang terlibat di situ, kami berkoordinasi dengan berbagai organisasi perempuan agar menjaga anak-anaknya, menjaga keluarganya untuk tidak keluar rumah dalam waktu tertentu sampai kondisi menjadi lebih baik,” ujar Arifah.
“Selain itu, sebagai upaya pencegahan eksploitasi anak dalam demonstrasi, melalui organisasi perempuan kami juga memberikan pemahaman kepada para orang tua untuk mengedukasi anak-anaknya bahwa mereka memiliki hak bersuara, tapi harus mengikuti aturan supaya aman dan tidak merugikan orang lain,” tambahnya.
Arifah juga mengajak anak-anak Indonesia untuk menyampaikan pendapat melalui cara yang positif dan inovatif. Dia mengatakan setiap anak memiliki hak atas partisipasi, mengemukakan pendapat, dan menyampaikan aspirasi dengan aman dan nyaman.
Sementara itu, ayah korban, Abdul Gofur, menyampaikan terima kasih atas bantuan medis yang diberikan oleh pemerintah dan mengikhlaskan kepergian Andika. Pihak keluarga berharap kejadian ini bisa menjadi pembelajaran bagi seluruh pihak.
“Mungkin sudah takdirnya. Kami tidak menyalahkan siapapun dan tidak menuntut apapun, yang penting dia tenang di sana. Kalau dibilang sedih, sedih banget. Kenang-kenangan sama dia itu terbayang semua. Saya kalau masuk kamarnya tidak sanggup, terbayang semua. Saya sayang, mungkin Allah lebih sayang,” ucap Abdul.
Ratusan Pelajar Terlibat Demo
Berdasarkan data yang dihimpun oleh KemenPPPA, pada 25 Agustus 2025 terdapat 105 anak terlibat aksi di Jakarta; pada 28 Agustus 2025 terdapat 1 anak terlibat dalam aksi di Makassar, 39 anak terlibat aksi Bali, dan sekitar 110 anak terlibat aksi gelombang kedua di Jakarta; pada 29 Agustus 2025 terdapat sedikitnya 23 anak terlibat aksi di Semarang, 25 anak dalam aksi di Yogyakarta, dan 56 anak dalam aksi di Surabaya.
Arifah mengungkap selain daerah itu, terdapat beberapa wilayah lain, seperti Solo, Kediri, Cirebon, Bandung, Nusa Tenggara Barat, dan Palembang yang masih belum teridentifikasi.
“Oleh karena itu, data-data tersebut bisa jadi masih akan berubah mengingat rekan-rekan di daerah saat ini juga masih terus memantau perkembangan situasi dan melakukan pendataan. Kemen PPPA telah berkomunikasi dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) di masing-masing wilayah untuk memastikan pendampingan sesuai kebutuhan bagi anak-anak yang terlibat dalam aksi demonstrasi,” jelas Arifah.
Andika Lutfi Falah merupakan satu-satunya korban meninggal dunia yang masih berusia anak. Andika dinyatakan meninggal dunia usai menjalani perawatan di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr Mintohardjo karena mengalami luka berat di bagian kepala akibat benturan benda tumpul.
Berdasarkan keterangan, Andika diduga diajak oleh temannya untuk mengikuti aksi demonstrasi tersebut tanpa sepengetahuan keluarga dan guru di sekolah.
Halaman 2 dari 2
(zap/fas)