Jakarta

    Motif kasus penculikan dan pembunuhan kepala cabang (kacab) bank bernama M Ilham Pradipta (37) akhirnya terungkap. Pelaku ternyata hendak menguras rekening tak aktif (dormant).

    Sebanyak 16 orang sipil ditetapkan sebagai tersangka kasus penculikan dan pembunuhan Ilham. Dua anggota TNI AD turut terlibat dalam kasus itu.

    Ada 15 tersangka dari sipil yang sudah ditangkap. Seorang lainnya masih diburu. Mereka bekerja dalam 4 klaster yang memiliki peran masing-masing.


    SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



    “Dari 15 tersangka tersebut kami membagikan menjadi empat kategori klaster,” kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (16/9/2025).

    4 Klaster Kasus Kacab Bank

    Empat klaster tersebut terdiri dari otak pelaku pencurian uang dari rekening dormant, tim penculik, tim penganiaya, dan tim pengintai. Pelaku menculik kacab bank karena membutuhkan otoritas dalam memproses pencurian uang dari rekening dormant ke rekening penampung.




    Ilham diculik dari parkiran supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Rabu (20/8). Ilham lalu ditemukan tewas di Serang Baru, Kabupaten Bekasi, pada Kamis (21/8).

    Para tersangka kasus penculikan kacab salah satu bank dihadirkan beserta barang bukti dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya. (Foto: Ari Saputra/detikcom)

    1. Klaster Otak Penculikan

    Klaster ini merupakan aktor intelektual atau otak dari penculikan Ilham untuk melancarkan proses menguras duit di rekening ‘tidur’. Keempatnya ialah C alias Ken berperan mengatur rencana dan menyiapkan tim IT untuk memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan; Dwi Hartono (DH) berperan mencari tim penculik, menyiapkan tim untuk membuntuti korban, merencanakan penculikan, memberi uang Rp 60 juta kepada JP untuk operasionalisasi penculikan.

    Kemudian ada AAM yang berperan merencanakan penculikan korban dan menyiapkan tim pengintai korban; dan JP yang berperan mempersiapkan tim eksekutor bersama N. JP juga ikut membuang korban di Cikarang bersama N, mengkoordinir dan mengawasi jalannya pembuntutan sampai penculikan, memberi uang Rp 150 juta kepada N untuk operasional penculikan.

    2. Klaster Penculikan

    Ada lima orang yang masuk klaster ini, yaitu E yang berperan memasukkan korban secara paksa ke mobil para penculik, melakukan penganiayaan, melilitkan lakban dan mengikat tangan korban. E menerima uang Rp 45 juta dari Kopda FH yang juga menjadi tersangka dan diusut Pomdam Jaya. Uang itu dibagi ke empat rekannya masing-masing Rp 8 juta.

    Kemudian ada REH yang berperan membantu E memegangi korban dari belakang; RS berperan membantu E memegangi korban dari sisi kanan; AT berperan membantu E memasukkan korban secara paksa ke dalam mobil yang digunakan penculik dan memegangi korban dari kiri; dan EWB yang berperan sebagai sopir mobil penculik.

    Ada juga tersangka dari oknum TNI dalam klaster ini yaitu Kopda FH alias Kopda F yang perkaranya ditangani Pomdam Jaya.

    3. Klaster Penganiayaan hingga Korban Tewas

    Ada tiga orang yang terlibat di klaster ini, yakni: JP yang juga merupakan salah satu otak perencana dan ikut menganiaya dan membuang korban; MU berperan sebagai driver di mobil Fortuner hitam yang menjadi lokasi penganiayaan dan dipakai membuang korban ke Bekasi.

    Kemudian DS berperan sebagai driver di mobil Fortuner hitam; dan Serka N yang ditahan Pomdam Jaya.

    4. Klaster Pengintai

    Ada empat tersangka dalam klaster ini yang sudah ditangkap, yakni AW, EWH, RS, dan AS. Selain itu ada buron berinisial EG.

    Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra dan Danpomdam Jaya Kolonel CPM Donny Agus serta pimpinan lain memberikan keterangan pers di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Selasa (16/9/2025) terkait penculikan kepala cabang (kacab) salah satu bank BUMN. Dihadirkan para tersangka beserta barang bukti penculikan.Tersangka berinisial EG yang masuk klaster pengintaian korban masih diburu polisi (Foto: Ari Saputra/detikcom)

    Misteri Pembisik Rekening Dormant

    Pada 31 Juli 2025, C alias Ken bersama pelaku Dwi Hartono dan AAM melalukan pertemuan. C memiliki info terkait data rekening dormant yang ada di bank untuk dikuras ke rekening penampung.

    Mereka memilih metode pemaksaan dengan kekerasan dan ancaman kekerasan kepada korban. Ketika proses pencurian uang di rekening ‘tidur’, mereka berencana melepaskan korban.

    Mereka tidak memilih opsi membunuh kacab bank ketika sudah berhasil menguras rekening dormant. Namun, rencana itu tak berjalan karena korban akhirnya tewas.

    Polisi menyebut C alias Ken mempunyai informasi soal rekening dormant dari rekannya. Ken menyiapkan tim IT, rekening penampungan, hingga menyusun rencana penculikan kacab bank.

    “Terkait dengan rekening dormant, ini hasil pemeriksaan Saudara C alias K itu mendapatkan informasi dari temannya dengan inisial S,” kata Wira.

    4 Aktor Intelektual Penculikan-Pembunuhan Kacab BankEmpat aktor intelektual penculikan dan pembunuhan kacab bank (Foto: Dok Istimewa)

    Wira mengatakan pihaknya masih mendalami soal sosok S tersebut. Dia mengatakan C belum terbuka soal sosok S.

    Wira mengatakan sejauh ini belum ada informasi dugaan keterlibatan dari pegawai bank. Dia mengatakan penyidikan akan dilakukan hingga tuntas.

    “Apakah ada karyawan bank BUMN yang terlibat ini, dalam hal ini, sampai sejauh ini belum ada keterlibatan,” ujarnya.

    Korban Dipilih Acak dari Kartu Nama

    Polisi mengungkap para pelaku penculikan dan pembunuhan Kacab Bank M Ilham Pradipta (37) memilih korban secara acak. Para pelaku memilih korban berdasarkan kartu nama.

    “Ini dipilih secara random karena kebetulan salah satu tersangka ini punya kartu namanya saja awalnya. Jadi tidak ada yang kenal dengan korban,” kata Wira.

    Kasubdit Jatanras AKBP Abdul Rahim mengatakan sebelum adanya rencana penculikan terhadap Ilham, tersangka Ken alias C mengajak Dwi Hartono (DH) mencari kacab beberapa bank yang bisa dibujuk untuk mau bekerja sama.

    Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra dan Danpomdam Jaya Kolonel CPM Donny Agus serta pimpinan lain memberikan keterangan pers di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Selasa (16/9/2025) terkait penculikan kepala cabang (kacab) salah satu bank BUMN. Dihadirkan para tersangka beserta barang bukti penculikan.Barang bukti kasus penculikan dan pembunuhan kacab bank di Jakpus (Foto: Ari Saputra/detikcom)

    Namun, sudah sebulan lamanya tidak ada kepala cabang bank yang mau diajak bekerja sama. Mereka pun sepakat untuk melakukan penculikan terhadap korban berdasarkan kartu nama yang ada.

    “Sehingga pada saat si DH menyetujui melakukan tindakan opsi satu, yaitu melakukan penculikan terhadap korban kacab. Si K memberikan ini ada kartu nama dari salah satu kacab. Atas hal tersebut kartu nama tersebut diserahkan dikirimkan kepada DH,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 4

    (jbr/eva)







    Source link

    Share.