Jakarta –
Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon melakukan kunjungan kerja ke Indonesia Idea Museum (Iniseum), museum sekaligus galeri seni yang memamerkan secara khusus karya pelukis Galam Zulkifli. Dalam kunjungan ini, Fadli menegaskan museum seyogyanya menjadi ruang hidup budaya.
Museum yang berlokasi di Jalan Nitikan Baru No 76 Sorosutan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta ini memamerkan karya Galam Zulkifli yang terbagi dalam Sembilan ruang tematik dan diberi tajuk Perjalanan 9 Kamar Seni: Dari Ilusi Menuju Cahaya dan Kegelapan.
“Museum harus diarahkan menjadi museum tematik dan ruang interaksi kreatif, karena museum kita sekarang ini terlalu general”, ucap Fadli, dalam keterangan tertulis, Minggu (6/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Galam Zulkifli merupakan seniman lukis Indonesia yang karya-karyanya menggunakan cat fluorescent, yang menghasilkan efek bercahaya pada lukisan saat lampu galeri dipadamkan. Didampingi oleh sang pelukis, Fadli berkeliling meninjau karya-karya Galam Zulkifli yang ia kategorikan dalam Sembilan bagian di kamar yang berbeda-beda, mengisahkan tema khusus Tentang Seri Ilusi, Adalah Merahnya Biru, Menjadi Cantik, Tentang Cermin Iluminasi, The History, Pada Mulanya Mosaik, Seluruh Dinding Tentang Mesin, Ibu Pertiwi, dan Ruang Cahaya dan Kegelapan.
Seusai berkeliling ruang pamer, Fadli bersama sejumlah seniman berdiskusi tentang perkembangan seni lukis di Indonesia. Dirinya menyebutkan pentingnya museum ditata secara tematik.
Fadli menambahkan beberapa karya sulit dilacak, ada yang berada di luar negeri dan tidak dapat dipinjam karena faktor kepemilikan pribadi. Karenanya, kata Fadli, proses riset yang dilakukan tidak hanya mengandalkan sumber resmi, tetapi juga melibatkan jejaring media sosial.
“Selain karya seni, upaya pelestarian juga menyentuh koleksi pribadi seperti perangko, uang kuno, dan benda-benda otentik lain yang membawa aroma sejarah. Beberapa bahkan masih tersegel dan disimpan dalam kondisi asli,” jelas Fadli.
“Menariknya, riset ini turut mengungkap bagaimana elemen-elemen sejarah masuk ke dalam ruang publik seperti penamaan jalan di kota-kota, termasuk di Purwokerto,” tambahnya.
Dialog bersama seniman ini dihadiri oleh Budayawan Taufik Rahzen, Seniman Lukis Galam Zulkifli, Paul Hendro, Agus Baqul Purnomo, Dipo Andy, Yayat Surya, pengurus Iniseum, dan beberapa seniman DI Yogyakarta. Di akhir diskusi, Fadli menyatakan narasi ini memperlihatkan bahwa pelestarian sejarah tidak selalu hadir dalam bentuk monumental, tetapi juga melalui kumpulan data kecil, jejak visual, dan kisah personal yang jika dirangkai dapat membentuk peta memori kolektif bangsa.
Seniman sekaligus budayawan Taufik Rahzen, yang juga ikut dalam diskusi tersebut menyebutkan harapan para seniman lukis untuk dapat memanfaatkan museum seperti Benteng Vredeburg sebagai ruang untuk pameran seni rupa tentang sejarah perjuangan bangsa, sebagaimana pernah dilakukan tahun 1978, banteng tersebut dijadikan lokasi jambore seni. Menurut Taufik, upaya pelestarian dan penelusuran sejarah melalui seni rupa terus dilakukan oleh para peneliti dan kurator di Indonesia.
“Dalam sebuah diskusi mendalam, terungkap kisah menarik tentang proses pencarian dan kurasi berbagai karya seni, dokumen visual, hingga benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan tokoh perjuangan,” pungkasnya.
(akn/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini