Jakarta –
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon mengatakan pentingnya untuk menggali ulang akar dan arah kebudayaan Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menjawab tantangan zaman dan perubahan global yang begitu cepat.
Hal tersebut diungkapkan olehnya saat menjadi pembicara di GREAT Lecture yang digelar oleh GREAT Institute di The Sultan Hotel and Residence, Jakarta, hari ini. Forum itu mengusung tema ‘Polemik Kebudayaan Manusia Indonesia: Dunia Baru dan Kebudayaan Baru’.
Mengawali orasinya, Fadli mengutip apa yang pernah disampaikan oleh seorang intelektual, jurnalis, dan sastrawan besar, Mochtar Lubis, yang berpidato di Taman Ismail Marzuki 1977 tentang enam ciri-ciri manusia Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga mengangkat kembali polemik kebudayaan yang telah mewarnai perjalanan kebudayaan Indonesia sejak 1930-an, termasuk karya monumental Nugroho Notosusanto serta dinamika kebudayaan yang melibatkan tokoh-tokoh besar seperti Sutan Takdir Alisjahbana, H.B. Jassin, dan Sanusi Pane.
“Pidato dan kebijakan pada masa itu kemudian memunculkan satu polemik besar kebudayaan. Kebijakan ini membuka ruang bagi pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai masa depan manusia Indonesia, termasuk arah kebudayaan yang seharusnya ditempuh oleh bangsa ini,” kata Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Kamis (14/8/2025).
“Polemik adalah bagian dari dialektika. Di balik perdebatan, lahir kreativitas dan sintesis baru. Yang berbahaya justru jika kita terlalu senyap, tidak ada polemik, tidak ada kemajuan,” sambung Fadli.
Fadli menekankan dua hal penting dalam upaya reinventing Indonesian identity, yakni pertama Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keragaman (mega-diversity) dan kedua Indonesia sebagai peradaban tertua di dunia.
“Soal keragaman, Indonesia tidak hanya negara dengan diversitas budaya, tetapi masuk kategori mega-diversitas budaya. Dengan lebih dari 2.200 warisan budaya takbenda yang tercatat nasional serta 16 yang terdaftar di UNESCO, potensi Indonesia sebagai episentrum budaya dunia masih sangat besar,” ujarnya.
“Terkait peradaban tertua, lanjut Menbud Fadli, menurut data arkeologis, lebih dari 60% temuan Homo Erectus di dunia berasal dari Indonesia. Lukisan gua tertua di dunia, berusia lebih dari 51.000 tahun ditemukan di Maros dan dan kawasan karst Sangkulirang, Kalimantan Timur, yang diperkirakan berusia sekitar 40.000 tahun. Ini membuktikan bahwa Indonesia telah menjadi pusat peradaban sejak masa prasejarah,” sambung Fadli.
Dalam kesempatan ini, Fadli turut mengumumkan program penulisan sejarah nasional dari sudut pandang Indonesia, yang saat ini tengah dikerjakan oleh 112 sejarawan. Selain itu, Kementerian Kebudayaan telah menginisiasi program repatriasi benda-benda budaya dari luar negeri, termasuk 18.000 artefak dari Belanda, serta keris-keris dan manuskrip.
Menutup orasinya, Fadli mengatakan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk memastikan bahwa warisan budaya Indonesia terpelihara dan dimanfaatkan secara optimal untuk memperkuat identitas nasional, perekat dan pemersatu bangsa, serta memperkaya peradaban dunia.
“Mari kita semua berperan aktif dalam melestarikan kebudayaan untuk membangun Indonesia yang lebih maju, kreatif, dan berdaya saing. Kita tidak boleh menjadi penonton dalam arus global ini. Kita harus menjadi pelaku, yang tidak hanya bertahan tetapi juga memberikan kontribusi pada peradaban dunia melalui kebudayaan yang khas Indonesia: terbuka namun berakar, modern namun berjiwa, global namun tetap lokal,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Syahganda Nainggolan, mengatakan diskusi GREAT Lecture ini dilaksanakan untuk melakukan refleksi mendalam mengenai identitas dan peradaban Indonesia.
Syahganda mengungkapkan sebelum kemerdekaan, para pendiri bangsa kerap melakukan perbincangan serius mengenai jati diri bangsa, pertanyaan mendasar tentang ‘Kita ini sebenarnya bangsa apa, manusia seperti apa’. Dirinya mendorong diselenggarakannya kembali Kongres Kebudayaan.
Tonton juga video “Fadli Zon: Penulisan Ulang Sejarah Dibuat Sejarawan Tanpa Intervensi” di sini:
(anl/ega)