Depok

    Praktisi media Niki Charles Laoh meraih gelar doktor ilmu komunikasi dari Universitas Indonesia (UI). Niki membuat disertasi dengan tema bagaimana pengaruh media sosial bagi praktisi media dalam menentukan agenda pemberitaan.

    Sidang disertasi Niki Charles digelar terbuka di Auditorium Juwono Sudarsono, Gedung F Lantai 2, Kampus FISIP UI Depok pada Rabu (9/7/2025) sore. Disertasinya berjudul Reversed Agenda Setting dan Produksi Berita di Era Media Sosial: Studi Kasus CNNIndonesia.com.

    Ada delapan penguji dalam sidang tersebut. Sidang diketuai prof. Dr Semiarto Aji Purwanto, Dr Hendriani S.Sos M.Si sebagai Promotor sidang, Dr Eriyanto sebagai Ko-Promotor, dengan penguji Dr Nina Mutamainnah M.Si dan anggota penguji Prof Firman Noor, PHd, Prof Dr Donna Asteria M.Hum, Dr Niken Febrina Emungtyas M.Si dan Dr Camelia Catharina LS. MSi.


    SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

    Delapan tim penguji masing-masing mengajukan sejumlah pertanyaan dan sanggahan yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam disertasi Niki. Semua pertanyaan yang diajukan, dijawab Niki dengan detail sehingga dianggap cukup memuaskan tim penguji.

    Tim penguji dalam sidang disertasi memutuskan pemberian gelar doktor bagi Niki Charles di bidang Ilmu Komunikasi dengan kategori memuaskan. Pemberian gelar doktor ditandai dengan penyerahan piagam pengangkatan yang ditandatangani Rektor UI dan Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Fisip UI.

    “Promotor yang diketuai Doktor Hendriani MSi telah mengajukan sejumlah keterangan mengenai pengembangan keahlian saudara, dan ketua Program Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Fisip UI telah pula melaporkan hasil ujian proposal hasil riset, hasil ujian riset dan ujian pra promosi. Berdasarkan semua itu, tim penguji Universitas Indonesia memutuskan, mengangkat saudara menjadi doktor dalam bidang ilmu komunikasi dengan yudicio memuaskan,” kata Ketua Sidang prof. Dr Semiarto Aji Purwanto, Rabu (9/7/2025).

    Praktisi media Niki Charles Laoh meraih gelar doktor ilmu komunikasi dari Universitas Indonesia (UI). (M Sholihin/detikcom)Niki membuat disertasi denganaaa tema bagaimana pengaruh media sosial bagi praktisi media dalam menentukan agenda pemberitaan. (M Sholihin/detikcom)

    Niki dalam sidang disertasinya mengatakan, tema disertasi merupakan hasil diskusi sesama praktisi media, salah satunya Alfito Deannova Ginting. Menurutnya, isu atau informasi dalam sosial media merupakan sesuatu yang tidak bisa diabaikan dan menjadi penting dalam menentukan agenda pemberitaan.

    “Penelitian ini berawal dari sebuah diskusi antara peneliti dengan rekan media beberapa tahun lalu. Praktisi media menyadari bahwa media sosial tidak bisa diabaikan sebagai sumber informasi dalam pemberitaan. Kondisi ini berbeda dengan kondisi sebelumnya, di mana agenda media berasal dari diskusi internal dalam media sendiri,” kata Niki dalam paparannya.

    “Media sosial menjadi referensi publik dalam mendapatkan informasi. Dalam banyak diskusi editorial, konten media sosial menjadi bahan diskusi media. Sekaligus untuk langsung menjadi bahan pemberitaan, diskusi tersebut berkembang dalam pemberitaan saat ini,” imbuhnya.

    Niki mengatakan, penelitian dilakukan pada Mei 2004. Pada saat penelitian ini, Indonesia mengalami beberapa momentum penting seperti isu timnas, pertarungan kunci menjelang masuknya timnas olimpiade. Kemudian ada isu kenaikan UKT, ada isu Tapera, ada isu pembunuhan Vina, ada isu ‘nyimas stalking’, perempuan yang di-stalking selama 10 tahun, dan ada konflik Israel-Palestina.

    “Jadi bulan Mei 2024 dianggap tepat karena agendanya sangat kompleks dan variatif. Media dalam penelitian ini adalah CNNIndonesia.com,” katanya.

    Promotor sidang Hendriani mengatakan, Niki mengangkat tema penelitian terkait bagaimana isu viral di media sosial menjadi bahan pemberitaan. Hendriani menyebut penelitian itu mengungkap adanya proses tahapan yang harus dilalui dalam pembuatan berita dari isu di media sosial.

    “Doktor Nicky Charles Lau ini melakukan penelitian tentang bagaimana isu-isu yang viral di sosial media, apakah kemudian dengan serta-merta kemudian dimunculkan oleh media arus utama atau media masa yang konvensional,” kata Hendriani.

    “Namun ternyata hasil penelitian memperlihatkan bahwa tidak langsung sesuatu yang viral itu langsung diterima begitu saja oleh media arus utama. Ada proses editorial, ada proses di ruang redaksi yang tetap berlangsung untuk memilih mana berita yang punya nilai berita untuk kepentingan publik dan mana yang tidak. Jadi ada proses seleksi tetap ada proses untuk memilih dan memilah dari ruang redaksinya,” imbuhnya.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan Niki Charles, kata Hendriani, terungkap bahwa pembuatan berita dari isu viral di media sosial tetap memiliki idealisme dan mengutamakan kepentingan publik.

    “Jadi riset ini memperlihatkan bahwa ruang redaksi masih tetap memiliki idealisme, proses yang ketat ketika memilih sebuah berita. Walaupun itu viral, tetapi bila dianggap tidak memiliki nilai bagi kepentingan publik, maka tidak perlu juga diangkat oleh ruang berita,” kata wanita yang menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI.

    “Sehingga tidak mentang-mentang bahwa semua yang terkenal, populer, viral gitu ya, itu kemudian diangkat oleh media masa. Jadi ada proses seleksi tetap ada proses untuk memilih dan memilah dari ruang redaksinya,” imbuhnya.

    (sol/jbr)


    Hoegeng Awards 2025


    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini



    Source link

    Share.