Serba-serbi Otrovert, Kepribadian Baru yang Perlu Diketahui. (Foto: Freepik)
JAKARTA – Jika selama ini kata introvert dan ekstrovert lebih familiar, tapi kini ada hal baru yakni otrovert. Ini bukan sekadar istilah, melainkan temuan ilmiah oleh seorang psikiater mengenai sebuah kepribadian.
Kepribadian otrovert menggambarkan orang-orang yang mudah bergaul namun mandiri secara emosional, tahan terhadap tekanan kelompok dan paling nyaman berada di tepi kerumunan.
Istilah ini, yang sering disalahartikan sebagai ‘outrovert’, ini dicetuskan oleh psikiater New York, Dr. Rami Kaminski.
Dr Rami berpendapat bahwa beberapa orang memang ditakdirkan untuk menjadi ekstrovert (mudah bergaul dan berempati), namun mandiri secara emosional dan sebagian besar tidak tergerak oleh keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok.
Dalam pandangannya perhatian seorang otrovert tidak terpusat ke dalam seperti introvert atau kepada orang banyak seperti ekstrovert, namun perhatiannya terpusat ‘di tempat lain’. Bahkan, seringkali ke arah yang tidak dilihat orang lain.
Dr. Rami Kaminski mempopulerkan gagasan ini dalam wawancara dan buku terbarunya, The Gift of Not Belonging, dengan memposisikan kaum otrovert sebagai pemikir orisinal yang menolak apa yang disebutnya ‘fenomena Bluetooth’, kecenderungan untuk secara otomatis menyatu dengan emosi suatu kelompok.
Sikap menolak untuk larut dalam kelompok memang bisa terasa mahal harganya, terutama di lingkungan yang sangat mengutamakan kebersamaan, seperti di sekolah atau budaya perusahaan. Namun, menurutnya. Tapi, sikap itu justru mampu menjaga independensi dalam menilai sesuatu sekaligus memelihara kreativitas.